Ketua Ika Unpad Irawati Hermawan menyampaikan gagasannya terkait dengan langkah yang harus dilakukan dalam proses pemulihan ekonomi akibat pandemi.

JAKARTA – Kenaikan harga komoditas pada saat recovery dari krisis akibat pandemi COVID-19 harus diwaspadai karena berpotensi memperlebar jurang antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Pemerintah harus menyediakan berbagai regulasi atau instrumen agar kenaikan harga komoditas tersebut tidak hanya dinikmati oleh kelompok tertentu.

“Banyak instrumen yang bisa dimainkan pemerintah. Misalnya dengan mengenakan pajak tertentu atas komoditas. Ini penting agar kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya tidak semakin lebar. Fakta memperlihatkan proses recovery dari kirisis akibat pandemi telah menunjukkan tanda kelompok kaya yang banyak mendapatkan keuntungan,” tutur  Guru Besar Fakultas Ekononi dan Bisnis Unpad Arief Anshory Yusuf, pada Sarasehan Pemulihan Ekonomi Pasca-COVID-19 bertema Membangun Ekonomi yang Adaptif dan Resiliens, yang digelar Unpad, IKA Unpad, dan Deloitte, akhir pekan.

Permintaan terhadap komoditas, terutama komoditas energi, naik karena banyak negara yang sudah masuk pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19. . Hal ini menyebabkan harga komoditas terkerek naik. Kenaikan harga komoditas masih belum berakhir karena ditambah adanya  krisis energi di sejumlah negara, seperti di China, Inggris, Amerika Serikat (AS) serta di Eropa.

Arief mengingatkan pemulihan ekonomi setelah krisis akibat pandemi COVID -19 jangan hanya dilihat dari sekadar angka persentase pertumbuhan secara periodik. Lebih dari itu, pemulihan ekonomi harus berkualitas dengan mengutamakan pertumbuhan berkelanjutan.

“Sejumlah tantangan di masa pemulihan juga masih mengadang, terutama karena masih lebarnya kesenjangan antara kaum miskin dan golongan kaya. Untuk itu perlu strategi khusus dalam mengembalikan level angka Produk Domestik Bruto (PDB) agar kembali ke tingkat sebelum krisis,” tutur alumni The Australian National University (ANU) tersebur.

Pada sarasehan yang dibuka oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti itu, selain Arief hadir narasumber dari berbagai kalangan di antaranya Ketua Ika Unpad Irawati Hermawan, Director 3 Infrastructure and Capital Projects, Financial Advisory Services Deloitte Erlangga Soeria Atmadja,  Guru Besar FEB Unpad Martha Fani, dan Guru Besar FPIK Zuzy Anna, dan Ahmad M Ramli, Guru Besar Fakultas Hukum Unpad.

Hadir pula dari kalangan dunia usaha yakni Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Dirut MNC Sky Vision Tbk Hari Susanto, dan Direktur Human Capital PT Aviasi Pariwisata Indonesia Herdy Harman.

Ketua Umum IKA Unpad Irawati Hermawan mengatakan pemulihan ekonomi bisa difokuskan pada 10 sasaran di antaranya sektor UMKM dan ekonomi kreatif. Kedua sektor ini di masa pandemi memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa mewarnai kegiatan ekonomi.  “UMKM lahir dalam jumlah yang besar di Indonesia. Di harapkan ada dukungan pemerintah untuk UMKM, terlebih dalam hal pendanaaan serta literasi digital. Dengan begitu, UMKM dan ekonomi kreatif bisa menjadi kekuatan untuk mengangkat perekonomian kita,” katanya.

Selain itu, menurut Ira, pemerintah dapat  mendorong BUMN menjadi pimpinan untuk go global sehingga mampu memberikan kekuatan secara sepenuhnya untuk semua kegiatan ekonomi di Indonesia. Fokus lain yang tak kalah penting adalah penyelamatan sektor swasta karena sektor ini tedampak cukup parah bahkan bisnisnya tidak sedikit yang terjun bebas.

“Cara lainnya adalah mengembangkan industri halal di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar ini harus menjadi perhatian utama,” kata Ira.

Rektor Unpad Rina Indiastuti mengungkapkan bahwa Unpad tidak pernah berhenti mengembangkan inovasi-inovasi agar menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu dia mengajak semua pihak dari berbagai disiplin ilmu untuk berkontribusi bagi pendidikan.  “Sepekan ke depan kami akan menyampaikan gagasan-gagasan ini kepada stakeholder dan pemerintah,” katanya.(LH)