JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatat pertumbuhan penjualan bersih pada semester pertama 2019 di tengah perlambatan ekonomi global.

Yulius Gozali, Direktur Indo Tambangraya, mengatakan ekonomi global sedang mengalami tekanan sebagai akibat perang dagang yang menyebabkan permintaan batu bara dunia terutama dari China melemah, sehingga harga batu bara cenderung menurun.

“Meskipun begitu, pendapatan bersih perusahaan naik 10% menjadi US$ 893 juta dari US$809 juta pada semester pertama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh kenaikan volume penjualan sebesar 28% dari periode yang sama tahun lalu menjadi 12,3 juta ton,” kata Yulius di Jakarta, Selasa (27/8).

Kenaikan volume penjualan juga sejalan dengan kenaikan volume produksi batu bara yang mendorong kenaikan biaya produksi.

Di sisi lain, laba bersih Indo Tambangraya turun 31% dari US$103 juta pada semester pertama tahun lalu menjadi US$69 juta pada periode yang sama tahun ini, karena pelemahan harga batu bara.

Harga rata-rata batu bara pada paruh pertama 2019 tercatat US$ 68,8 per ton, turun 16% dari US$ 80,9 per ton pada periode yang sama tahun lalu.

Peurunan laba bersih juga disumbangkan oleh kenaikan biaya akibat nisbah kupas (stripping ratio) yang lebih tinggi karena pada semester pertama tahun ini perusahaan terus mengoptimalisasi cadangan batu bara dengan menggali lebih dalam.

Dengan rata-rata harga jual yang lebih rendah dan biaya yang lebih tinggi, marjin laba kotor turun 10% menjadi 18% berbanding 28% pada paruh pertama tahun lalu sedangkan EBIT pada periode ini turun 42% menjadi US$ 96 juta. Dan akhirnya laba bersih pada paruh pertama tahun ini menjadi US$ 69 juta. Adapun laba bersih per saham tercatat US$ 0.06.

Hingga akhir Juni 2019, total aktiva Indo Tambangraya US$ 1.324 juta dengan ekuitas US$ 885 juta. Perusahaan mempertahankan posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar US$ 287 juta dengan pinjaman jangka pendek sebesar US$ 4juta.

Indo Tambangraya pada semester pertama 2019 telah mengapalkan batu bara ke China sebanyak 4  juta ton, Jepang 2 juta ton, lndonesia 1,6 juta ton, India 0,8 juta ton, Filipina 0,8 juta ton, Bangladesh 0,6 juta ton dan negara-negara lain di Asia Timur, Selatan, dan Tenggara.

Pada semester pertama tahun ini Indo Tambangraya menghasilkan 11,4 juta ton batu bara. Untuk 2019 volume produksi ditargetkan 23,6 juta ton sedangkan sasaran volume penjualan adalah 26,5 juta ton.

“Dari angka itu, 93% Sudah terjual,” ujar Yulius.

Menurut Yulius, dengan kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan yang cepat di sektor energi, Indo Tambangraya melihat potensi signfikan untuk menggunakan teknologi, kemampuan digital dan pola pikir untuk menciptakan nilai lebih bagi para pemegang saham.

Oleh sebab itu, perseroan telah memulai proses transformasi digital. Transformasi digital ini ditujukan untuk meningkatkan teknologi, pola pikir, dan organisasi perseroan untuk melakukan inovasi cara kerja, meningkatkan produk dan layanan dan memperluas ke bisnis-bisnis baru yang potensial.

Indo Tambangraya adalah salah satu produsen batu bara lndonesia dengan lingkup usaha yang terintegrasi mulai dari kegiatan penambangan, pengolahan, dan kegiatan logistik. Indo Tambangraya memproduksi batu bara termal dengan beberapa jenis kualitas.

Saat ini Indo Tambangraya sedang mengembangkan bisnisnya menjadi penyedia energi dengan produk-produk dan layanan-layanan yang terjangkau, berkualitas, dan berkelanjutan, dengan mengoptimalisasikan rantai nilai dari hulu sampai hilir.

“Kami percaya hasil transfomasi digital menjadi kunci inti kompetensi untuk menjalankan strategi-strategi kami dalam tahun-tahun mendatang,” tandas Yulius.(RA)