SOROWAKO – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus melanjutkan rencana pengembangan wilayah tambang nikel melalui pengembangan pabrik smelter di sana. Salah satu proses pengembangan smelter sudah selesai dilakukan.

Febriany Eddy, Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia menuturkan tiga proyek smelter yang dikerjakan Vale di tiga blok nikel mengalami perkembangan signiifikan salah satunya smelter di Sorowako.

Menurut dia permintaan terhadap nikel dan produk turunannya di pasar dunia sangat luar biasa, untuk itu Vale tidak mau kehilangan momentum tersebut dengan segera menggenjot pengembangan blok di Bahadopi dan Pomalaa serta smelter termasuk di Sorowako.

“Kita akan masuk era baru era untuk megembangak bisnis kita driven by purpose. Maka dari itu pabrik kita di Bahadopi, Sulteng kita sudah dapat approval, final investment decision dari dewan komisaris kita, itu langsung sekarang dalam tahap sudah konstruksi, mulai, kemudian Pomalaa juga ada beberapa announcement yang sudah kita mulai. Sorowako sendiri di Sulawesi Selatan ini kita ada juga sekarang sudah finish feasibility studynya,” kata Febriany ditemui Dunia Energi di Sorowako, Kamis (4/8).

Sama seperti di Bahadopi dan Pomalaa, untuk pengembangan pabrik smelter di Sorowako sendiri Vale tidak akan sendiri. Manajemen akan menggandeng partner yang khusus mengembangkan smelter.

Bayu Aji Senior Manager Vale Indonesia, menuturkan rencananya akan dibangun pabrik HPAL di Sorowako. Vale tidak sendiri dan sesuai kebijakan manajemen proses pemilihan partner segera akan dilakukan. “Seperti yang sudah disampaikan Ibu Presdir (Febriany Eddy). Rencananya Sorowako akan dikembangkan. Kita akan bangun pabrik HPAL di Sorowako,” kata Bayu.

Untuk menggarap smelter di Bahadopi, Vale menggandeng dua mitra strategis asal Tiongkok, Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd dengan target produksi nikel sebesar 60 ribu ton per tahun. Vale membutuhkan pasokan listrik cukup besar untuk pabrik pengolahan (smelter) Feronikel.

Selanjutnya smelter Pomalaa bakal digarap bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd asal China dan Ford Motor Co. Nantinya smelter tersebut akan memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 120 ribu metrik ton (MT) kandungan nikel per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan nikel limonite. (RI)