JAKARTA – Beroperasi selama lebih dari 51 tahun, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel, terus berupaya mempertahankan misi penambangan berkelanjutan.

Febriany Eddy, Deputy Chief Executive Officer Vale Indonesia, mengatakan  pertambangan nikel masih akan masif ke depannya. Namun demikian, pengolahan nikel juga akan berdampak pada lingkungan.

“Kuncinya, adalah pada perusahaan tambang dan pengolah nikelnya, harus punya komitmen lebih pada lingkungan. Vale yakin produksi nikel masih dapat dilakukan secara berkelanjutan,” kata Febriany dalam acara Simposium, baru-baru ini.

Febriany mengatakan, komoditas nikel penting dalam pergerakan transisi energi fossil ke energi baru terbarukan (EBT). Dunia akan butuh banyak nikel untuk menggerakkan transisi energi.
Mobil listrik misalnya, komponen pentingnya adalah nikel.

Dia menekankan bahwa Indonesia memiliki posisi sangat strategis dalam transisi energi. Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan tertinggi dari produksi nikel.

“Kalau dilihat rangking dari sumber daya nikel, Indonesia termasuk yang terbaik dan terbanyak di dunia. Realitanya, dari pertambangan nikel, apapun yang dilakukan di dunia pertambangan pasti punya dampak bagi lingkungan,” ujar Febriany.

Dia menambahkan, Vale Indonesia juga terus berupaya mengedepankan misi untuk mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan pembangunan yang berkelanjutan.

“Sumber mata pencaharian kami di bidang tambang, segala bentuk kesejahteraan kita datang dari lingkungan dan alam. Kami bersyukur investasi kami membuahkan hasil, teknologi Lamela Gravity Settler (LGS) dipakai untuk mengolah air minum yang diterapkan di tambang. Kami adalah perusahaan tambang pertama yang menerapkan ini,” tandas Febriany.(RA)