JAKARTA – PT PLN (Persero) akan berupaya menekan utang yang sekarang sudah hampir menyentuh Rp500 triliun. PLN pun menekan anggara belanja modal (capital expenditure/capex) untuk pembangunan infrastruktur listrik paling tidak dalam 4-5 tahun ke depan.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengatakan utang PLN sudah terlalu besar dan investasi besar-besaran yang terus dilakukan sejak lima tahun lalu akan mulai ditekan mulai 2021. PLN menjamin pemangkasan anggaran tidak akan mengganggu keandalan pasokan listrik nasional.

PLN sebelumnya memproyeksi investasi setiap tahun akan menyentuh Rp100 triliun. Namun dengan kondisi saat ini serta posisi utang PLN yang terus membengkak maka manajemen memutuskan untuk efisiensi. Ini juga yang sudah diamanatkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Jadi intinya kami akan investasi sangat selektif sesuai prioritas. Karena selama lima tahun ini, kami sudah banyak berinvestasi, baik PLN maupun IPP (independent power producer/produsen listrik swasta). Pokoknya kami untuk 4-5 tahun ke depan berusaha sangat fokus memprioritaskan investasi kami dengan selektif,” kata Zulkifli di Jakarta, Kamis (2/7).

Pada 2020, PLN sudah memangkas rencana investasi dari awalnya sekitar Rp 100 triliun menjadi Rp53,89 triliun.

Selain capex, biaya operasi juga akan diefisiensikan. Namun untuk menjamin keandalan pasokan, maka investasi ke depan akan menyasar pada infrastruktur yang bisa meningkatkan keandalan pasokan tersebut.

Menurut Zulkifli, tidak ada jalan lain yang lebih baik selain efisiensi. Pasalnya, utang PLN sudah terlalu besar.

“Efisiensi, baik dari sisi capex maupun opex. Kami akan lakukan penghematan-penghematan, karena utang telah besar,” ungkap dia.

Namun Zulkifli menegaskan, kondisi keuangan PLN masih dalam kondisi baik dan masih dapat memenuhi kewajiban pembayaran. “PLN masih mampu membayar (utang), keadaan keuangan baik. Manajemen menjaga sustainabilitas PLN,” tegas Zulkilfi.

Guna memenuhi kebutuhan investasi di proyek 35 ribu megawatt (MW) PLN menggandeng produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) dan mengambil pinjaman. Investasi yang harus ditanggung PLN sendiri mencapai Rp 100 triliun dan seluruhnya ditutup dengan utang sehingga menumpuk menjadi hampir Rp 500 triliun.

Menurut Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institure for Essential Services Reform (IESR), pemangkasan investasi  PLN tidak akan berdampak pada keandalan pasokan listrik. Saat ini cadangan listrik di wilayah Jawa dan Sumatera saja rata-rata sudah di atas 25%, sehingga masih dapat menutup kebutuhan yang ada. “Jadi saya kira penurunan capex PLN tidak akan menurunkan keandalan pasokan listrik,” kata Fabby.(RI)