JAKARTA – Pemerintah Indonesia resmi menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) di berbagai sektor, yang terbanyak menyedot investasi dari UEA adalah di sektor energi. Presiden Joko Widodo memimpin langsung delegasi pemerintah dalam finalisasi kesepakatan kerja sama di UEA.

Sebanyak 11 perjanjian bisnis yang berhasil diteken antara Indonesia dengan UEA, sebagian menyasar ke bisnis energi. Total estimasi nilai investasi yang diperoleh dari 11 hasil perjanjian tersebut mencapai Rp314,9 triliun atau US$ 22,89 miliar,  tujuh diantaranya merupakan kerja sama sektor energi. Kemudian diteken pula lima perjanjian antara pemerintah UEA dan Indonesia dalam bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.

“Saya sangat sambut baik, hari ini 16 perjanjian kerja sama dapat dilakukan,” kata Presiden Jokowi usai pertemuan bilateral dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata PEA Mohamed bin Zayed di Abu Dhabi.

Salah satu dari kesepakatan bisnis yang akan dijalankan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, PEA, nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).

Investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan, ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara PT Pertamina (Persero) dengan Mubadala melalui penandatanganan Refinery Investment Principle Agreement (RIPA). Nantinya akan ada pembahasan lebih lanjut melalui proses tender equity partner selection untuk kepemilikan hingga 49% saham PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) – RDMP RU V. Total potensi kerja sama senilai US$ 1,6 miliar.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi dan Kerja sama publik dan Kerja sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kerja sama berikutnya dengan UEA di bidang migas berikutnya adalah pengembangan minyak mentah (kilang) menjadi petrokimia di Balongan antara Pertamina dengan ADNOC. “Potensi kerja sama ini bisa mencapai sekitar US$ 10,1 miliar,” kata Agung,Senin (13/1).

Lebih lanjut, dia menuturkan ada juga kerja sama penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina. ADNOC nantinya akan memasok secara langsung kebutuhan LPG Pertamina dengan total nilai kerja sama kurang lebih mencapai US$ 90- US$ 270 juta. Kontrak jual beli LPG ini sendiri berlangsung selama satu tahun.

Pada subsektor mineral, ditandatangani kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, dimana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.

“Proyek peningkatan kapasitas (optimasi) Tungku Peleburan termasuk transfer teknologinya (215 kA) dari 250 ktpa menjadi 300 ktpa, Technical Exchange di bidang Reduction Technology dan proyek Greenfield Alumunium Smelter di Kalimantan Utara (Kaltara) berkapasitas 500 ktpa – 1.000 ktpa,” kata Agung.(RI)