JAKARTA – PT Pertamina (Persero) telah melakukan penyesuaian desain proyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Nantinya proyek-proyek kilang Pertamina tidak akan lagi memproduksi tambahan solar.

Prayitno, Vice President Strategic Planning Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional, mengatakan sesuai arahan pemerintah maka proyek kilang Pertamina akan fokus untuk mengolah minyak mentah menjadi gasoline dengan kualitas Euro 5 ataupun menampung langsung gasoline yang dibeli dari luar negeri.

“Kami perlu menyesuaikan desain pembangunan kilang sesuai proyeksi kebutuhan demand dimana 2030 masih ada kemungkinan kekurangan gasoline,” kata Prayitno, Kamis (21/1).

Menurut Prayitno, RU II Dumai di Riau akan fokus untuk meningkatkan produksi gasoline karena posisi masih impor banyak, terutama gasoline. “Kalau solar relatively sekarang kami sudah bisa mencukupi dan kualitas setara Euro 5,” kata dia.

RDMP RU IV Cilacap juga meningkatkan gasoline kualitas setara Euro 5 dan petrokimia. Lalu kilang RDMP RU V Balikpapan untuk meningkatkan produksi gasoline Euro 5 serta fleksibilitas crude karena crude merupakan komponen biaya yang signifikan. “Balongan, sama fokus untuk pemenuhan regulasi dan peningkatan gasoline,” kata Prayitno.

Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), mengatakan pada 2020 kebutuhan BBM tercatat mencapai 1.126 ribu barel oil equivalent per day (boepd) dimana impor gasoline mencapai 381 ribu boepd. Impor gasoline diproyeksikan akan berkurang seiring hadirnya sejumlah proyek kilang Pertamina.

“Kalau kita tidak punya program kendaraan listrik dan tidak bangun kilang baru, impor gasoline akan semakin besar maka untuk mengurangi kita bangun kilang baru,” ungkap Djoko.

Dia mengatakan berdasarkan proyeksi pemerintah, kebutuhan BBM pada tahun 2025 akan meningkat mencapai 1.359 ribu boepd dimana impor gasoline diproyeksikan dapat terpangkas menjadi sebesar 194 ribu boepd seiring tambahan kapasitas kilang baru sebesar 290 boepd. Pemangkasan itu diharapkan terjadi dengan rampungnya proyek RDMP terutama Balongan pada 2022 dan RDMP Balikpapan pada 2025 nanti.

Disisi lain, upaya menekan impor BBM nantinya akan membuat impor crude Indonesia meningkat. Pada 2030 mendatang ada kebutuhan impor crude diproyeksi mencapai 1.491 ribu barel oil per day (bopd) seiring penambahan satu kilang baru dan proyek RDMP. Kebutuhan impor crude diprediksi mencapai 338 ribu bopd jika target produksi 1 juta barel tidak dilaksanakan.

Djoko mengatakan, langkah menekan impor BBM berpotensi menghasilkan penghematan devisa sebesar US$ 16,8 miliar per tahun untuk kurun waktu 2021 hingga 2040 mendatang.

“Dengan dibangunnya 1 GRR dan 4 RDMP kita butuhkan minyak mentah hampir 1,4 juta bph sementara produksi minyak kita dengan business as usual maka di 2030 masih akan kekurangan crude untuk kilang,” kata Djoko.(RI)