JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meyakini perubahan bagi hasil (split) yang sudah diajukan PT Pertamina (Persero) bisa berdampak pada tambahan cadangan migas. Beberapa proyek yang sudah direncanakan dibutuhkan tambahan split agar mencapai keekonomian.

Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, saat ini usulan tambahan split sudah diajukan dan menunggu persetujuan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Yang sedang diidskusikan sekarang kurang lebih bisa tambah reserve minyak 120 juta barel dan gas 1,7 Tcf. Ini angka yang sangat signifikan tanpa meakukan eksplorasi dan bisa memperpanjang keekonomian lapangan tersebut, menambah keekonomian 10 tahun. Inilah yang masih diskusikan dengan Kementerian ESDM,” kata Jaffee, Jumat (23/10).

Jaffee mengungkapkan, usulan tambahan split melalui diskusi panjang karena usulan dimulai dari upaya pihaknya mencari potensi migas yang dapat dikembangkan namun belum masuk dalam rencana jangka panjang Pertamina. Selanjutnya, SKK Migas mengeluarkan rekomendasi ke Kementerian ESDM.

“Dari step yang panjang, mulai dari cari potensinya karena potensi ini di luar rencana jangka panjang KKKS tersebut. Diskusi panjang dan dari SKK Migas. Inilah yang bsa kita develop, kemudian SKK Migas mengeluarkan rekomendasi ke Kementerian ESDM,” ungkap dia.

SKK Migas akan terus mencari potensi-potensi migas di wilayah kerja lain yang dapat dikembangkan ke depannya. “Tidak berhenti pada proposal tersebut. Kami terus cari potensi yang sama, intinya masif agresif dan efisien,” ujar Jaffee.

Taufik Aditiyawarman, Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebelumnya mengakui usulan penambahan split sudah disampaikan Pertamina untuk Blok Mahakam dan Blok Sanga-Sanga. Tidak hanya itu, m kajian untuk perubahan bagi hasil juga tengah dilakukan untuk Blok East Kalimantan, Offshore North West Java (ONWJ), dan Offshore Southeast Sumatra (OSES).

Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu SangaSanga (PHSS) sudah (diusulkan). Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) dalam pembahasan, Offshore North West Java (ONWJ) dan Offshore Southeast Sumatra (OSES) dalam proses review,” ujar Taufik.

Kelima blok tersebut merupakan blok terminasi atau habis kontrak pada 2018 lalu. Semua blok tersebut pernah berjaya produksinya dan termasuk dalam jajaran 10 blok kontributor utama terhadap produksi migas nasional sebelum dikelola Pertamina. Memang sampai sekarang blok-blok tersebut masih jadi kontributor utama hanya saja umur blok tersebut tidak lahi muda alias blok-blok mature sehingga penurunan produksi secara alami tidak bisa dihindari.(RI)