JAKARTA – Laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) hingga September 2020 tercatat US$53,26 juta, anjlok 58,7% dibanding periode yang sama 2019 sebesar US$129,1 juta. Penurunan laba bersih terutama disebabkan turunnya pendapatan sebesar 23,5% menjadi US$2,15 miliar atau sekitar Rp31,51 triliun (kurs Rp14.647 per dolar AS) dibanding periode sembilan bulan 2019 sebesar US$2,81 miliar.

Selain pendapatan yang turun, besarnya penurunan laba bersih juga akibat peningkatan beban lain-lain dan penurunan nilai properti minyak dan gas serta nilai aset tetap.

Arie Nobelta Kaban, Direktur Keuangan PGN, mengungkapkan pencapaian kinerja keuangan hingga kuartal III 2020 sangat dipengaruhi kondisi perekonomian saat ini yang masih belum pulih, yaitu dampak pandemi Covid-19 masih berlanjut yang belum dapat meningkatkan demand gas bumi, harga migas dunia masih belum naik signifikan dan nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih fluktuatif.

Triple shock tersebut berpengaruh kepada bisnis PGN yaitu demand terhadap gas bumi, sektor hulu yang tergantung pada market terutama harga minyak dan gas serta harga LNG,” ungkap Arie, Jumat (27/11).

Adapun bisnis distribusi PGN, walaupun terdapat pengaruh kondisi perekonomian saat ini, namun penurunan pendapatan dapat diikuti dengan penurunan beban pokok pendapatannya. Di samping itu sepanjang sembilan 2020, PGN telah melakukan upaya upaya efisiensi sehingga beban usaha perseroan dapat menurun sebesar US$107,5 juta. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis inti PGN dalam bisnis gas bumi dapat menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini.

Selama periode Januari – September 2020, PGN berhasil menyalurkan gas bumi dengan volume distribusi sebesar 812 BBTUD, volume transmisi sebesar 1.276 MMSCfD, lifting minyak dan gas sebesar 5.260 MBOE, transportasi minyak sebesar 2.780 MBOE, pemrosesan LPG sebesar 34.206 TON, dan regasifikasi sebesar 93 BBTUD.

Untuk saat ini hingga akhir 2020, manajemen PGN berupaya maksimal untuk meningkatkan pendapatan perseroan dan tetap disertai dengan efisiensi dari sisi biaya, sehingga di akhir tahun diharapkan kinerja keuangan menjadi lebih baik.

Arie mengatakan, untuk posisi keuangan PGN konsolidasi saat ini dalam kondisi cukup baik dengan posisi kas dan setara kas per 30 September 2020 sebesar US$1,19 miliar. Posisi ini lebih baik jika dibanding dengan posisi per 31 Desember 2019 yaitu sebesar US$1,04 miliar.

Demikian juga kemampuan PGN dalam memenuhi kewajibannya, masih baik dengan Current Ratio per 30 September 2020 sebesar 268%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Current Ratio per 31 Desember 2019 sebesar 197%.

Infrastruktur Gas

Di tengah tantangan bisnis dan perlambatan ekonomi global maupun nasional, PGN berupaya untuk mengoptimalkan setiap peluang yang ada untuk memperkuat bisnis perusahaan. Pembangunan infrastruktur gas bumi untuk menjangkau pasar-pasar baru terus dilakukan di berbagai daerah. PGN juga melibat anak perusahaan maupun afiliasi untuk menyediakan layanan terintegrasi yang yang mengedepankan kemudahan untuk pelanggan.

Dampak pandemi Covid-19 sempat menjadi kendala dalam pengembangan infrastruktur dan layanan gas bumi. Namun, PGN tetap melaksanakan pembangunan sehingga pada periode Januari-September 2020, sehingga total pelanggan PGN tercatat lebih dari 422 ribu pelanggan.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan PGN juga akan terus membangun dan memperluas infrastruktur gas bumi secara berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional di berbagai sektor bisnis dan pemulihan ekonomi nasional.

PGN telah melaksanakan implementasi Kepmen ESDM 89K/ 2020 menyalurkan gas dengan harga khusus sebesar USD 6 per MMBTU ke tujuh sektor industri tertentu.

Menurut Rachmat, PGN mengharapkan dengan semakin membaiknya kondisi demand tujuh sektor industri khusus dapat diwujudkan dalam penyerapan gas bumi yang semakin optimal sampai akhir tahun sesuai jumlah volume yang ditetapkan Kepmen ESDM 89.K/2020.

“Kami telah mendapatkan konfirmasi bahwa beberapa sektor industri khusus telah menggeliat produksinya bahkan sampai kembali ekspor dan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan mereka,” kata Rachmat.(AT)