JAKARTA – Pemerintah merencanakan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 37,30 Gigawatt (GW) hingga 2035.

Harris, Direktur Aneka EBT Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan strategi pengembangan EBT yang akan dilakukan pemerintah antara lain implementasi Peraturan Presiden (Perpres) tentang harga PLT EBT, pengembangan Renewable Energy Based Industrial Development (REBID) melalui PLTA dan PLTP skala besar yang terintegrasi dengan industri.

Selain itu, pengembangan PLTS Skala Besar, pengembangan Renewable Energy Based Economic Development (REBED) untuk memacu perekonomian wilayah termasuk daerah 3T, pengembangan biomassa melalui kebun/hutan energi, limbah pertanian dan sampah kota, penambahan jaringan transmisi, dan menjadikan NTT sebagai lumbung energi (PLTS). Serta peningkatan kualitas data dan informasi panas bumi melalui program eksplorasi panas bumi oleh pemerintah.

“Melihat perkembangan teknologi EBT yang sangat cepat dan semakin kompetitif dengan energi fosil, pemerintah meyakini bahwa transisi energi perlu dilakukan secara komprehensif,” kata Harris, kepada Dunia Energi, Kamis (19/11).

Perkembangan tren energi global menuntut negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk dapat melaksanakan transformasi energi. Dalam upaya adaptasi terhadap transformasi energi tersebut, Indonesia memprioritaskan akselerasi pengembangan energi bersih berbasis energi baru terbarukan.

Harris mengungkapkan sejumlah hal yang mendorong transformasi energi antara lain perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan, keadilan energi, tren biaya EBT yang terus menurun, upaya peningkatan kualitas udara, dan peningkatan ketahanan energi.

“Dalam proses transformasi ini, Indonesia terus berupaya untuk mengakselerasi pengembangan EBT agar target 23% EBT pada bauran energi nasional pada 2025 tercapai,” tandas Harris.(RA)