JAKARTA – Penggantian fasilitas di blok Rokan, Riau berupa pipa hilir yang alirkan minyak sebagai penghubung antarsumur produksi membutuhkan waktu cukup lama. Bahkan akan sulit direalisasikan pada masa transisi sebelum kontrak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berakhir pada 2021.

Wahyu Budiarto, Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia, menjelaskan butuh paling tidak sekitar lima tahun untuk merampungkan penggantian pipa-pipa tersebut.  Pergantian pipa membutuhkan waktu lantaran kompleksitas cukup tinggi dari sisi teknis maupun lahan. Belum lagi minyak harus tetap mengalir meskipun pipa diganti.

“Perkiraan kami sekitar 3-5 tahun. Kan panjang sekali sekitar 30 inchi (ketebalan). Ada beberapa segmen dan itu kan tetap harus beroperasi,” kata Wahyu di Jakarta, Selasa malam (21/5).

Menurut Wahyu untuk umur pipa memang sudah terlampau tua sekitar 60 tahun dan memang sudah seharusnya dilakukan pergantian.

“Pipa itu sudah ada sekitar 60 tahun. Untungnya pipa bagus. Tapi kan itu sudah lama. Sejak beberapa tahun lalu sebenernya sebelum tahun 2011 lah ya, itu udah cukup lama kami diskus,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan penggantian pipa sebenarnya sudah diusulkan oleh Chevron sejak tahun 2011. Hanya saja pengurusan administrasi berikut dengan perizinan membuat proses penggantiannya cukup lama.

Isu sosial dipastikan menjadi salah satu tantangan dalam penggantian infrastruktur ini lantaran lokasinya juga berada di jalan inspeksi yang biasa dilalui masyarakat. Apabila mengganti pipa di dekar lokasi yang ada sekarang isu sosial cukup besar pun demikiam jika pipa dibangun di lokasi yang berbeda pasti pengurusan izin juga tidak akam mudah.

Saat pemerintah memutuskan untuk memberi hak pengelolaan blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero), manajemen Chevron kata Wahyu langsung meminta Pertamina melalui SKK Migas untuk fokus dalam pergantian pipa tersebut saat nanti mulai mengelola blok Rokan. Pertagas anak usaha Pertamina sendiri sebenarnya sudah ditunjuk untuk nanti yang mengeksekusi penggantian pipa. “Dari sisi teknis, cost recovery itu membuat kami berfikir tidak mungkin kita kerjain. Sebab waktunya tidak akan cukup. Kami sudah bilang ke pemerintah bahwa kami tidak akan kerjain ini. Hanya memang kami bilang ke pemerintah, sebaiknya ini jadi prioritas untuk bisa diganti,” jelasnya.

Wahyu menyatakan proses penggantian pipa sebagai bagian transisi pengelolaan blok Rokan ini juga menjadi pertaruhan reputasi perusahaaan. Pasalnya sebagai perusahaaan kelas dunia yang sudah beroperasi lama di sana tentu tidak ingin meninggalkan jejak negatif dengan anjloknya produksi saat dialih kelola.

“Nah, saat ada pengumuman Pertamina ambil alih, kami sudah langsung kasih alarm ke mereka. Ini penting sekali loh. Jangan sampai terlambat bangunnya. Kalau baru 2021 baru bisa jadi 2026-2027. Kami sebagai Kontraktor besar juga tidak mau pasca kami tinggalkan malah jadi bermasalah. Kan nama kami juga yang jadi taruhan. Pertamina sih saya rasa betul sekali kalau mau mengganti pipa,”kata Wahyu.

Pipa hilir untuk distribusi minyak di blok Rokan menghubungkan beberapa Lapangan di sana yakni Minas-Duri-Dumai dan Balam-Bangko-Dumai.

Bagi Pertamina, pergantian pipa hilir sangat penting dan harus dilakukan pada tahun ini lantaran umur kelayakan pipa yang sudah jatuh tempo. Jika tidak dilakukan maka kendala teknis dipastikan akan terjadi terutama saat Pertamina resmi menjadi operator Blok Rokan. (RI)