BINTUNI – Kementerian ESDM mendorong agar proyek pembangunan Tangguh Train 3 bisa selesai sesuai waktu yang sudah disepakati, yakni pada bulan Maret 2023 mendatang.

“Kita ingin melihat perkembangan apa yang dikerjakan di area ini, ada Tangguh Train 3, dan Tangguh Train 2. Terutama Train 3, bagaimana konstruksinya dan lain-lainnya sudah sampai berapa persen, itu yang pertama, jadi kita ingin melihat secara langsung pembangunan Train 3 secara fisik sudah seberapa jauh,” ujar Tutuka, Selasa (21/6).

Menurut Tutuka dari progress yang ada, dia optimistis pembangunan fasilitas Train 3 dapat diselesaikan sesuai target yang sudah disepakati yakni pada kuartal I Tahun 2023.

“Kami optimis pembangunan train 3 akan selesai pada waktunya. Progress pembangunan Train 3 sudah bagus, sudah mencapai 90% lebih. Tetapi ada dua hal yang menjadi konsen karena itu bisa menjadi kendala saat progress tidak tercapai pada waktunya. Jadi jika ingin progres pembangunan train 3 selesai pada waktunya maka dua critical tersebut harus diselesaikan,” jelas Tutuka.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, BP sudah memberikan kepastian tidak ada lagi keterlambatan pengerjaan proyek.

“Kita mendapatkan rencana dari BP mengenai Tangguh Train 3 di mana pada bulan Maret 2023 selesai dan dua bulan penambahan untuk persiapan startup dan onstream, itu rencana dari bp, nah kita datang kesini mencari upaya-upaya untuk bisa mempercepat,” ujar Dwi.

Dia juga menyoroti dua area critical yang harus diprioritaskan untuk segera diselesaikan pekerjaannya agar target dapat selesai tepat waktu.”Kita menyarankan adanya prioritas didalam tenaga kerja untuk lebih mefokuskan dan menangani yang critical part, area critcal part tersebut yakni, pertama di area degreasing di unit agru, kedua di compresor,” ungkap Dwi.

Dua area tersebut menjadi prioritas untuk diselesaikan segera dengan menambah jumlah pekerja untuk mengerjakannya.

“Kedua area ini membutuhkan pekerja tambahan dan itu yang kita harapkan kepada EPC Contractor dan untuk bisa menyiapkan pekerja lebih banyak dan memprioritaskan untuk bisa segera diselesaikan,” jelas Dwi.

bp regional president Asia Pacific Nader Zaki menyatakan . Fokus bp adalah untuk tetap melanjutkan pekerjaan proyek dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kritis agar kami dapat memastikan penyelesaian proyek Tangguh Train 3 dengan aman.

“Kami amat bangga terhadap kegigihan 12.000 pekerja kami di lapangan yang terus mendorong diri untuk melanjutkan pekerjaan proyek Train 3 dan di saat yang bersamaan, mengoperasikan lapangan penghasil gas terbesar di Indonesia,” kata Nader.

Proyek LNG Tangguh adalah proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara British Petroleum sebagai operator, pemerintah Indonesia, kontraktor, dan, khususnya masyarakat lokal Papua Barat. Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2.

Produksi Gas Bumi Rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD.

Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.

Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar USD8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero) yakni PLTGU Jawa 1.