JAKARTA- PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anak usaha MIND ID, holding pertambangan, bersama perusahaan tambang batu bara lain dan PT Pertamina (Persero) mendukung hilirisasi batu bara. Pengembangan nilai tambah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) memiliki dampak berganda (multiplier effects) seperti meningkatkan ketahanan energi nasional, menambah devisa negara, memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan penerimaan negara.

Selain itu, konversi batubara menjadi DME diharapkan selain memberi nilai tambah batubara juga mampu menggantikan impor LPG. Di sisi lain, pemerintah juga melakukan upaya “total football” bersama pelaku hilirisasi batu bara, salah satunya adalah soal insentif berupa nol peresen royalti yang Peraturan Menteri ESDM-nya diproyeksikan terbit sebelum semester I 2021 berakhir.

Demikian benang merah yang mengemuka dalam diskusi virtual bertajuk “Mengukur Nilai Keekonomian Hiliriasi Batu Bara dan Perubahan Tren ke Energi Bersih” yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (9/3). Hadir sebagai nara sumber kunci adalah Dirjen Mineral dan Batu Bara Ridwan Djamaluddin. Sedangkan pembicara adalah Direktur Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Direktur Pengembangan Bisnis Bukit Fuad I.Z. Fachroeddin, Direktur Pengusahaan Batu Bara Sujatmiko, dan Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Hasto Wibowo.

Fuad mengatakan hilirisasi batubara merupakan salah satu bagian dari strategi pengembangan batubara yang dilakukan Bukit Asam. Strategi pengembangan lainnnya yakni pengembangan transportasi dari tambang ke pelabuhan dan pengembangan pembangkit listrik.

“Kami sudah punya road map pengembangan batubara. Intinya, pada 2025 nanti, akan melakukan empat inisiatif, salah satunya hilirasasi batubara menjadi DME,” jelas Fuad.

Melalui kerjasama dengan PT Pertamina, Bukit Asam sudah berada dalam jalur untuk mewujudukan cita-cita dan harapan bersama untuk memanfaatkan nilai tambah batubara indonesia, mengubah batubara menjadi syngas, mengubah syngas menjadi methanol, dan mengubah methanol menjadi DME. Industri baru dan pionir tersebut akan segara terwujud.

“Kami sampaikan seperti yang disampaikan Pak Dirjen, bahwa hilirisasi batubara ini, we are at the point no return,” jelas Fuad.

Bukit Asam memiliki cadangan cadangan batubara terbesar. Dan ikhtiar yang ingin dilakukan PTBA yakni ingin menciptakan nilai tambah batubara dalam proses produksinya, khususnya coal to chemical. Semangat memberi nilai tambah tersebut, sejalan dengan tag line perusahaan milik negara tersebut yakni beyond coal, dimana tidak hanya menjual produk, tetapi memberi nilai tambah dan multiplier effect.

Nilai tambah dari proyek coal to DME ini, selain total investasi yang masuk sebesar US$ 2,1 miliar dan pemanfatan 180 juta batubara kalori rendah, juga manfaat langsung yang didapatkan pemerintah sebesar Rp 800 miliar setiap tahun atau 24 triliun selama 30 tahun. Nilai tambah langsung lainnya yakni menghemat neraca perdagangan, mengurangi impor epliji sebesar 1 juta ton setiap tahun dan mengfhemat cadangan devisa negara sebesar Rp 9,71 triliun per tahun atau Rp290 triliun selama 30 tahun.

Sujatmiko mengatakan ada potensi sebesar 466 juta ton batubara yang dapat dikonversi menjadi DME. “Jika umur tambang 30 tahun, sekitar 4 juta setahun batubara yang dapat dikonversi menjadi DME,” katanya.

Pemerintah juga akan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM terkait royalti nol persen bagi pelaku usaha hilirisasi batu bara. “Insya Allah, sebelum berakhir semester I 2021, Permen itu sudah terbeit,” ujarnya.

Konversi batubara menjadi DME merupakan salah satu poin dari enam poin pengembangan batubara sebagaimana amanat Undang-undang. Poin lain dari varian batubara yakni pengembangan, peningkatan mutu batubara, pembuatan briket, pembuatan kokas juga pemanfaatan batubara dengan membangun PLTU mulut tambang.

Hidayat Tantan, CEO Visi Dunia Energi, mengatakan Forum DETalk hari ini merupakan serial diskusi yang dilakukan oleh Dunia Energi sebagai salah satu media yang mendukung semua pemangku kepentingan di sektor energi dan sumberdaya mineral (SDM) untuk mengelola sektor ini menjadi penyumbang utama pendapatan negara, sekaligus motor penggerak perekonomian dan pembangunan nasional.

Salah satu wujud dari peran sektor ESDM dalam menggerakkan pembangunan nasional adalah program hilirisasi mineral dan batubara. Sebagai media yang bergerak di sektor ini, Dunia Energi sangat mendukung kebijakan pemerintah yang memberikan sejumlah insentif bagi terlaksananya hilirisasi minerba.

“Selain royalti nol persen yang ditegaskan dalam Undang-Undang Cipta Kerja dan aturan turunannya, pemerintah juga menyiapkan harga khusus batubara untuk hilirisasi dan skema subsidi bagi produk Dimethyl Ether (DME) yang akan dipakai untuk substitusi LPG,” kata Tantan.(AP/RA)