KOLAKA – Pembangunan infrastruktur listrik berupa tol listrik di wilayah Pulau Sulawesi tahap I telah rampung. Membentang sejauh 3.767 kms (kilometer sirkit) dengan 5.687 tower transmisi serta 47 Gardu Induk berkapasitas total 2.648 MVA, tol listrik Sulawesi tahap 1 menghubungkan empat provinsi yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Syamsul Huda Direktur, Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Kalimantan, mengatakan kebutuhan listrik di Sulawesi Tenggara cukup tinggi, sehingga dengan tol listrik Sulawesi tahap 1, PLN siap memenuhi kebutuhan.

“Selesainya tol listrik Sulawesi tahap 1  menjadi bukti komitmen PLN dalam mendukung penuh pertumbuhan investasi. Kini kami siap menopang kebutuhan listrik,  terutama daerah Sulawesi Tenggara karena cukup banyak peluang investasi bisnis dari pelanggan Industri disana seperti industri smelter dan tambang lainnya,” kata Huda dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/10).

Salah satu industri yang menjadi pelanggan premium platinum PLN di wilayah Sulawesi Tenggara yaitu PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang telah menandatangani nota kesepahaman jual beli tenaga listrik sebesar 350 Megawatt (MW) pada akhir 2018.

I Putu Riasa, General Manager PLN UIP (Unit Induk Pembangunan) Sulbagsel, mengatakan rampungnya Interkoneksi antara Sulbagsel (Sulawesi Bagian Selatan) dengan Sultra (Sulawesi Tenggara) pada 19 September kemarin menjadi tanda terwujudnya Tol Listrik Sulawesi tahap 1.

“Pembangunan 1.263 tower transmisi bertegangan 150 kV (kilo volt) yang menjangkau sepanjang 797 kms (kilometer sirkit) dari Kendari – Unaha – Kolaka – Lasusua – Malili – Wotu menandakan selesainya pembangunan tol listrik sulawesi tahap 1,” kata Putu.

Dengan beroperasinya Tol Listrik Sulawesi tahap 1 maka PLN menonaktifkan sebagian besar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) seperti PLTD Kolaka, PLTD Lasusua, PLTD Lambuya, PLTD Wua-wua dan PLTD lainnya.

Menurut Suroso Isnandar, General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Sulawesi, tol listrik tahap 1 dapat menekan konsumsi Bahan Bakar minyak (BBM) sebanyak 22.615 liter per harinya atau kurang lebih 678.450 liter per bulan, sehingga dapat menekan biaya pokok produksi.

Biaya pokok produksi (BPP) PLN sendiri sudah ditekan dari Rp1.187/kWh (Sulbagsel) dan Rp.2219/kWh (Sultra) menjadi 1096 Rupiah/kWh dengan total potensi penghematan mencapai Rp 44 miliar per bulan.

“Tol listrik Sulawesi tahap 1 juga berhasil membuat pemerataan beban daya baik di Sistem Sultra, Sulteng dan Sulbagsel sehingga sistem akan lebih stabil,” kata Suroso.(RI)