JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan menerapkan teknologi baru dalam operasional pengelolaan Blok Mahakam, Kalimantan Timur.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengungkapkan saat ini rencana tersebut masih dikaji untuk dimatangkan dan baru akan diterapkan pada 2020. “Ada keinginan itu (terapkan teknologi baru), tapi itu bukan sederhana. Insya Allah 2020. Tahun ini traditional tapi efektif dan efisien,” kata Dharmawan di Jakarta, Jumat (3/5).

Menurut Dharmawan, meskipun masih belum ada penerapan teknologi baru, efisiensi dari kegiatan operasional di Mahakam sudah cukup positif. “Cost sudah turun. Jumlah hari yang dipakai untuk pengeboran sudah turun,” ujarnya.

Selain teknologi, teknik pengeboran juga akan mengalami inovasi sehingga biaya produksi bisa ditekan.

Sejak dialih kelola ke Pertamina, Blok Mahakam selalu jadi sorotan. Pasalnya, sebelum melalui masa transisi pengelolaan dari operator terdahulu,  yakni PT Total E&P Indonesie, produksi gas Blok Mahakam terus menurun. Padahal beberapa tahun lalu Blok Mahakam masih menjadi kontributor gas nasional terbesar.

Hingga akhir Maret 2019, produksi gas dari Mahakam tercatat hanya sebesar 726 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Berdasarkan catatan SKK Migas, untuk performa gas masih belum cukup baik di mana sudah terdapat gap sekitar 60 MMSCFD dari realisasi akhir 2018 yang terbawa ke 2019.

Akan tetapi dari sisi realisasi secara keseluruhan memang masih dibawah target baik minyak maupun gas. Untuk gas realisasi ini baru 96,8% dari target Work Plan and Budget (WPNB) yang disepakati bersama SKK Migas tahun ini sebesar 750 mmscfd. Sementara realisasi produksi minyak dan kondensat sebesar 38 ribu barel per hari (bph), dari target 50 ribu bph.

Sebenarnya realisasi pada kuartal I sudah bisa melampaui Rencana Kerja Anggarap Perusahaan (RKAP) perusahaan dimana produksi minyak dipatok 30,4 ribu bph dan produksi gas dipatok sebesar 715 MMSCFD.

Dua tahun lalu produksi gas di Mahakam bisa mencapai lebih dari 1.286 MMSCFD. Bahkan pada 2018, produksi Mahakam sudah turun menjadi 832 MMSCFD, dibawah target yang dipatok pemerintah sebesar 1.110 MMSCFD.

Untuk sisa tahun ini, Pertamina kata Dharmawan akan menekan declime rate agar penurunan produksi yang disebabkan oleh kondisi alami sumur bisa ditekan jadi produksi tetap stabil hingga akhir tahun, agar peningkatan produksi untuk tahum depan tidak terlalu berat.

“Targetkan tahun ini decline rate 0, ga gampang dibandingkan awal tahun. Diusahakan bisa stabil. Sekarang memang belum sampai 0 decline ratenya,” kata Dharmawan.(RI)