JAKARTA – PT Chevron Pacific Indoensia hampir dipastikan akan melepas proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) lantaran tidak lagi menjadi operator di salah satu blok minyak terbesar di Indonesia, Bok Rokan yang akan mulai dikelola PT Pertamina (Persero) pada 2021.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM,  mengatakan sejak awal proyek IDD satu paket dengan pengelolaan Blok Rokan yang selama puluhan tahun menjadi ‘ladang’ uang bagi Chevron lantaran produksi minyaknya yang besar.

“IDD sudah jelaslah, Chevron kan satu paket dengan Blok Rokan. Kira-kira gitu jawabannya. Kalau dia sudah (tidak di Rokan), artinya dia bareng Rokan,” kata Ego di Kementerian ESDM, Rabu (5/8).

Menurut Ego, saat ini Chevron masih mencari calon penggantinya di IDD. Salah satu perusahaan dengan peluang paling besar untuk menggantikannya adalah ENI, perusahaan asal Italia.

“Sekarang kan ditawarkan ke ENI kira-kira gitu. Pokoknya mereka saling menawarkan diri, yang saya tahu Chevron menawarkan diri, kita tunggu saja,” ujar dia.

Proyek IDD Chevron tahap dua meliputi pengembangan lapangan Gendalo-Gehem. Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau.

Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.

Estimasi produksi puncak proyek ini mencapai 844 juta kaki kubik per hari (mmscfd) serta produksi minyak sebesar 27 ribu barel per hari (bph). SKK Migas sempat menargetkan proyek rampung atau onstream pada kuartal IV 2026 dengan kebutuhan biaya mencapai US$6.98 miliar.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), sebelumnya mengatakan sampai sekarang Chevron belum melaporkan kelanjutan keputusannya dalam proyek IDD.

“Mengenai proyek IDD saat ini kita masih tunggu laporan Chevron tindak lanjutnya. Kita juga sudah beberapa kali desak ke Chevron,” kata Dwi.

Dwi menyadari bahwa kondisi makro ekonomi sekarang ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 pasti mempenggaruhi penilaian Chevron terhadap suatu proyek. Ini sebenarnya juga terjadi pada proyek-proyek besar migas lainnya di dunia.

“Pasti ini tidak boleh berlarut-larut dan kami sudah desak chevron tapi sehubungan dengan adanya covid di mana segala kegiatan direview proyek ini agak terlmabat juga harga minyak rendah, evaluasinya menjadi sangat terganggu. Siapapun investor akan masuk kalau tingkat kekonomian ini. Dengan adanya pandemi ini memang ganggu proyek-proyek besar dunia. Kami terus desak Chevron status proyek (IDD) ini,” ungkap Dwi.

SKK Migas sebenarnya sudah pernah menyatakan bahwa ada potensi Chevron melepas proyek IDD. SKK Migas dijanjikan oleh pihak Chevron kepastian kelanjutan rencana mereka di IDD pada Februari tahun ini, tapi keputusan dari Chevron tidak kunjung diberikan.(RI)