JAKARTA – Lifting minyak Bok Rokan terus menurun. Data realisasi lifting dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) terlihat realisasi hingga September 2020 lifting minyak Blok Rokan yang masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) mencapai 176,2 ribu barel per hari (bph).

Realisasi produksi Rokan masih diatas target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2020 yang dipatok 170 ribu bph. Namun jika dilihat jauh ke belakang, realisasi pada September 2020 sudah jauh dari realisasi yang bisa dicapai Blok Rokan yakni 190,1 ribu bph. Ini artinya turun hampir 20 ribu dalam waktu kurang dari satu tahun.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengungkapkan untuk menekan penurunan lebih jauh beberapa program akan dijalankan Chevron sisa akhir tahun ini. Salah satunya pengeboran 11 sumur dengan menggunakan dua rig yang menghabiskan biaya sekitar US$11 juta. Nantinya aktivitas akan kembali ditingkatkan dengan penambahan empat rig sehingga total ada enam rig yang mengerjakan pengeboran.

“Rencana 11 sumur dibor November, tapi agak mundur ke akhir November atau awal Desember,” kata Julius, akhir pekan lalu.

Menurut Julius, nantinya Chevron akan menggelontorkan dana US$154 juta hingga Juli 2021 untuk melakukan pengeboran. Untuk 11 sumur yang akan dibor tahun ini diharapkan bisa bertambah produksi mencapai 500 bph.

Lalu pada 2021 ada 107 sumur yang akan dibor dengan alokasi anggaran mencapai US$143 juta dengan total target penambahan produksi sebesar 5 ribu bph.

Tugas berat tentu ada di Pertamina yang akan menjadi operator di Rokan. Dilihat dari kecenderungan penurunan yang terlihat tentu tidak mudah menahan laju penurunan produksi. Pemerintah sendiri mewajibkan Pertamina untuk mengelola bersama mitra usaha. Dwi Soetjipto Kepala SKK Migas menuturkan hingga kini belum ada tanda-tanda calon mitra di Rokan. “”Mitranya tanya ke Pertamina, sejauh ini kami belum dapat laporan,” ungkap Dwi.(RI)