JAKARTA – Penambahan pasokan gas dalam jumlah besar diperkirakan akan tejadi dengan penyelesaian beberapa proyek gas raksasa yang saat ini masih dalam tahap pengerjaan dan persiapan pengerjaan. Proyek pertama adalah Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap kedua yakni di lapangan Gendalo dan Gehem. Proyek ini diperkirakan mencapai puncak produksi 844 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 27 ribu BPH minyak. Dengan target onstream pada kuartal I 2024, realisasi hingga April, Chevron telah melakukan workshop dan mengirimkan surat permohonan Amdal. Perusahaan migas asal Amerika Serikat itu juga sudah mengajukan persetujuan pengeluaran (Authorization For Expenditure/AFE) untuk survei dan menyusun dokumen lelang desain rinci (Front End Engineering Design/FEED).

Proyek berikutnya adalah pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela. Proyek yang dikerjakan Inpex Corporation bersama dengan Shell itu diproyeksikan bisa menghasilkan gas sebesar 9,5 juta ton per annum (million ton per annum/MTPA) dalam bentuk LNG dan 150 MMSCFD gas pipa. Proyek tersebut diperkirakan bisa mulai berproduksi pada kuartal II 2027. Hingga April lalu, Inpex telah melakukan workshop penyiapan kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA ANDAL) dan analisis dampak lingkungan (Amdal). Perusahaan migas asal Jepang itu juga sudah memulai baseline survey dengan penentuan batas survei.

Hingga kini pembahasan revisi rencana pengembangan masih dilakukan antara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dengan para kontraktor di kedua proyek tersebut masih berlanjut, baik itu dengan Chevron untuk proyek IDD maupun dengan Inpex di Blok Masela. Pemerintah bahkan sampai harus menyambangi markas Inpex di Jepang, beberapa waktu lalu.

Proyek berikutnya adalah Tangguh Train 3 yang saat ini sudah masuk dalam tahap konstruksi. BP sebagai operator Tangguh meyakini proyek ketiga akan selesai tepat waktu, bahkan berpotensi lebih cepat dari jadwal.

“Cakupan offshore proyek ini hampir rampung dan lebih cepat dari jadwal sedangkan pekerjaan fabrikasi peralatan offshore terus berjalan,” kata Moektianto Soeryowibowo, Head of Country BP Indonesia, Senin (21/5).

Proyek pengembangan Tangguh merupakan bagian dari proyek strategis nasional dan rencananya proyek ini akan menambahkan kapasitas produksi sebesar 3,8 MTPA, sehingga menjadikan kapasitas tahunan Tangguh LNG menjadi 11,4 MTPA. Proyek ini diperkirakan akan mencapai puncak produksi gas sebesar 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 3.000 barel per hari (BPH). Hingga April lalu, pengerjaan fasilitas darat proyek ini telah mencapai 64%. Sementara progres pengembangan di lepas pantainya menyentuh 92%. Proyek Kilang Tangguh Train 3 dijadwalkan beroperasi pada 2020.

Sukandar, Wakil Kepala SKK Migas menyatakan dengan ketiga proyek strategis nasional itu Indonesia akan memperoleh tambahan produksi Liquefied Natural Gas (LNG) nasional sebanyak 18 MTPA.

“Ini (tiga proyek) bisa menambah produksi LNG 18 juta ton per tahun. Jadi kami harap proyek ini jalan, karena manfaatnya signifikan untuk negara,” kata Sukandar di Jakarta, belum lama ini.

Pemerintah sendiri memang terus menggenjot serapan gas untuk domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kementerian ESDM mencatat, per April 2019, porsi pemanfaatan gas bumi untuk dalam negeri mencapai 64%. Sebaliknya ekspornya turun menjadi 36%. Pemanfaatan domestik tersebut secara rinci untuk industri sekitar 25%, pupuk 12,2%, kelistrikan 11%, LNG domestik 10,6%, lifting minyak 3,2%, LPG domestik 1,7%, bahan bakar gas 0,14% dan pipa gas kota 0,07%.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pertama kali porsi gas domestik lebih besar dari ekspor terjadi pada 2013, yakni sebesar 53%. Hingga saat ini porsi gas domestik tersebut terus meningkat dan bisa signifikan mencapai 64%. Sementara dalam 10 tahun yang lalu atau 2009 porsi pemanfaatan gas domestik hanya 47%, bahkan pada 2003 hanya sebesar 25%.

“Memaksimalkan sumber energi domestik untuk pemanfaatan dalam negeri merupakan bagian dari meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi nasional,” kata Agung.(RI)