JAKARTA – Pengembangan Blok East Natuna tetap akan dilanjutkan. Apalagi  cadangan gas yang dimiliki hingga saat ini merupakan yang terbesar di Indonesia.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan Pertamina yang sekarang telah memiliki 100% saham pengelolaan Blok East Natuna masih menjajaki dan mencari teknologi yang tepat untuk dipergunakan.

“Pertamina lagi mencari teknologi, sudah menjajaki (pencarian teknologi),” kata Arcandra di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (28/3).

Menurut Arcandra, Blok East Natuna terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja lantaran potensi cadangannya sangat besar. Bahkan cadangan di sana mencapai 40% dari seluruh cadangan gas yang tercatat di Indonesia. Bahkan dengan kandungan CO2 East Natuna yang sangat tinggi,  ketika dipisahkan hasilnya masih tetap  sangat besar.

“Cadangan terbukti East Natuna merupakan 40% dari cadangan terbukti Indonesia loh (di East Natuna). Katakanlah kita 100 triliun cubic feet (TCF), Natuna itu 40 TCF,” ungkap Arcandra.

Hampir dua tahun terakhir tidak ada lagi kelanjutan pengembangan Blok East Natuna. Hal ini seiring keputusan Exxonmobil yang sebelumnya merupakan bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina dan PTT EP memilih hengkang dan tidak melanjutkan kerja sama. Tidak berapa lama kemudian PTT juga memutuskan keluar dari konsorsium. Alhasil tersisa Pertamina yang kini menjadi andalan untuk mengelola blok yang ditaksir memiliki total cadangan gas sebesar 46 TCF atau empat kali cadangan Blok  Masela yang mencapai 10,7 TCF.

Pertamina memastikan tidak akan jalan sendiri untuk mengembangkan blok yang berada diperbatasan Laut China Selatan itu.

Dharmawan H. Syamsu, Direktur Hulu Pertamina, mengakui komplesitas tinggi yang menjadi tantangan berat Pertamina untuk mengembangkan East Natuna. Akibat tingginya kandungan CO2 yang mencapai lebih dari 70% membuat langkah dan teknologi khusus dibutuhkan agar gas bisa diproduksi.

Selain mencari calon mitra, Pertamina  juga merubah strategi pengembangan. Nantinya East Natuna akan dikembangkan secara bertahap, tidak langsung skala besar.

Tidak hanya itu, konsep memonetisasi gas juga berbeda. Untuk mengatasi tingginya kandungan CO2 Pertamina akan mencoba mencari konsumen gas CO2 terlebih dulu sebelum gas dikembangkan.

Perubahan strategi Pertamina mengelola East Natuna dinilai sebagai suatu langkah maju dan menjadi solusi yang bisa segera diimplementasikan.

“Untuk bisa memonetisasi gas kami akan coba berbicara, berdiskusi dengan para pakar, sambil coba memasarkan dan mencari konsumen CO2,” kata Dharmawan.(RI)