SIDOARJO – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas dibawah naungan PT Pertamina (Persero), mengungkapkan penambahan infrastruktur strategis seperti terminal LNG Lamong di Teluk Lamong, Jawa Timur akan memberikan dampak signifikan dalam pengembangan bisnis perusahaan ke depan.

Krisdyan Widagdo Adhi, Division Head Corporate Communication PGN,  mengatakan ketika terminal LNG Lamong terbangun nanti dan mulai beroperasi maka pasokan LNG nanti tidak hanya ditujukan untuk wilayah Jawa Timur. Dengan terbangunnya regasifikasi di terminal serta integrasi moda transportasi gas bumi baik berbasis pipa maupun non pipa yang diupayakan dapat menjangkau seluruh wilayah pasar merupakan cara agar pemanfaatan gas bumi domestik dapat meningkat. Wilayah Jawa Tengah juga menjadi wilayah potensial untuk ditingkatkan penggunaan gas buminya.

“Terminal LNG Teluk Lamong adalah salah satu solusi untuk Jawa Timur. Dengan terminal LNG itu bisa mengkoneksikan ke Jawa tengah, ke Semarang, Cirebon akan terintegrasi,” kata Krisdyan di fasilitas offtake gas Kalisogo, Sidoarjo, Kamis (17/10).

Koneksi tersebut ditargetkan akan mulai terealisasi saat pipa transmisi Gresik – Semarang sepanjang 267 kilometer rampung dibangun pada tahun ini. Selain pipa transmisi, PGN juga bakal membangunan pipa distribusi Semarang – Kendal – Ungaran sepanjang 96 kilometer. Di Sumatera, PGN juga tengah mengerjakan pembangunan pipa transmisi Duri – Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer.

Bahkan menurut dia tidak menutup kemungkinan jika koneksi infrastruktur benar-benar tersambung maka PGN bisa memgembangkan bisnis sampai ke potensi konsumen gas yang wilayahnya jauh dari sumber gas.

“Agar realibilitas pasokan tidak hanya di sumur eksisting tapi bisa utilisasi LNG dari berbagai tempat. Ini niat baik kami untuk bisa jaga realibilitas pasokan di Jawa Timur, bisa dikembangkan ke Jawa Tengah. Aceh medan udah selesai, Grissik – Jawa Barat koneksi, cita-cita dari Sumatera sampai Jawa Timur disokong beberapa terminal LNG,” jelasnya.

Konsep pengembangan bisnis terminal LNG Lamong ini akan diterapkan dengan meregasifikasi pasok LNG dan dialirkan ke jaringan pipa, fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian LNG trucking dengan memanfaatkan ISO tank yang dapat mendistribusikan kebutuhan gas bumi ke wilayah yang belum dijangkau infrastruktur pipa.

Hingga kuartal II 2019, PGN telah mendistribusikan gas bumi ke 352.433 pelanggan yang terdiri dari rumah tangga, pelanggan kecil, komersial, industri dan pembangkitan listrik sebesar 932 BBTUD. Rinciannya, sektor rumah tangga 348.508 pelanggan, lalu pelanggan kecil sebanyak 1.487 dan industri besar serta komersial sebanyak 2.438 pelanggan.

Saat ini sebagai sub holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10.000 Km. Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU).

Ke depan, infrastruktur gas bumi Trans Jawa diharapkan terkoneksi dengan Sumatera. Dengan demikian, kehandalan pasokan gas bumi kian meningkat dan diiringi perluasan pasar guna utilisasi gas bumi domestik. Terkoneksinya jaringan infrastruktur gas Trans Jawa dan Sumatera praktis tinggal menyisakan pipa Cirebon – Semarang dan Medan – Dumai.

Sesuai rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 kilometer dan 500 kilometer. Lalu, 7 LNG filling station untuk truk/kapal, 5 FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangku wilayah geografis dengan karakterisktik kepulauan di seluruh Indonesia.

Apabila target bauran energi minimal sekarang 22% seperti dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), maka bauran energi gas yang saat ini sekitar 4.000 mmscfd bisa mencapai 5.732 mmscfd pada 2025, negara bisa menghemat triliunan rupiah. Impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun.(RI)