JAKARTA – Harga Batu bara Acuan (HBA) periode Juli 2020 kembali terkoreksi ke level US$52,16 per ton, turun tipis US$0,82 per ton dibanding periode Juni sebesar US$52,98 per ton. Penurunan HBA diakibatkan sentimen yang sama di bulan lalu yaitu minimnya serapan pasar global terhadap permintaan pasokan batu bara Indonesia.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, mengatakan faktor utama penurunan harga adalah stok batu bara di India dan Tiongkok yang masih   tinggi. “Dua negara itu sedang mengutamakan terlebih dahulu pasokan (batu bara) dalam negeri,” ujar Agung di Jakarta, Jumat (3/7).

Agung mengakui, tren penurunan HBA terjadi  sejak Word Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada pertengahan Maret 2020.

HBA sempat menguat sebesar 0,28% pada angka US$ 67,08 per ton pada Maret dibanding Februari US$66,89 per ton. Kemudian, HBA turun ke level US$65,77 per ton pada April dan US$ 61,11 per ton pada Mei 2020. Posisi HBA Juli merupakan harga terendah sejak 2016. Saat itu HBA bulan Februari 2016 pernah menyentuh angka US$50,92 per ton.

Sebagai informasi, HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR. Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).

Menurut Agung, pengurangan suplai batu bara dari Indonesia, tidak lepas dari adanya pengaruh kuat dari dampak Covid-19 yang membatasi pergerakan ekonomi masing-masing negara.

Di tengah pandemi, ada kecenderungan peralihan ke sumber energi alternatif dalam negeri. “Tak bisa dipungkiri lagi sejak adanya pandemi menggeser pola konsumsi energi ke sumber alternatif lain,” kata Agung.(RI)