JAKARTA – Harga Batu bara Acuan (HBA) pada periode September 2019 anjlok 9,4% menjadi US$65,79 per ton, jika dibanding periode Agustus sebesar US$72,67 per ton. Padahal HBA pada Agustus sempat naik jika dibanding posisi pada Juli lalu sebesar US$71,92 per ton. Realisasi HBA bulan ini adalah yang terendah sejak Oktober 2016. Kala itu HBA berada diposisi US$69,07 per ton.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kondisi pasar global menjadi salah satu pemicu turunnya HBA.

“Penyebab turunnya HBA September yang signifikan dipengaruhi peningkatan produksi batu bara China dan India yang menyebabkan pembatasan impor batu bara dari Indonesia oleh China dan India,” kata Agung di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (9/9).

Selain karena pembatasan impor batu bara dari Indonesia, panasnya kondisi antara Amerika dan China juga masih menjadi salah satu faktor pemicu. “Masih berlanjutnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat serta menurunnya permintaan batu bara dari benua Eropa,” ungkap Agung.

Dengan realisasi HBA bulan ini maka harga batu bara yang dibeli PT PLN (Persero) juga semakin turun. Dalam aturan ditetapkan bahwa harga batu bara untuk pembangkit listrik ditetapkan paling tinggi US$70 per ton. “Apabila HBA diatas US$70 per ton maka harga batu bara untuk PLN adalah US$ 70 per ton. Namun apabila HBA dibawah US$ 70 per ton maka harga batu bara yang dibeli PLN mengikuti HBA,” jelas Agung.

Melorotnya harga batu bara sudah dimulai sejak September 2018 kemarin. Kala itu HBA berada di posisi US$104,81 per ton. Kemudian terkoreksi di bulan berikutnya menjadi US$100,89 per ton dan berlanjut di November sebesar US$97,90 per ton. Pada penutupan 2018 pun harga masih melemah di level US$92,51 per ton.

Pada awal 2019 tren penurunan harga masih terjadi lantaran HBA berada di posisi US$92,41 per ton. Sebagai salah satu konsumen utama batu bara dunia maka kebijakan pemerintah China yang membatasi kuota impor menjadi faktor utama melemahnya harga selama ini.

HBA merujuk pada index pasar internasional. Ada empat index yang dipakai Kementerian ESDM yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59. Adapun bobot masing-masing index sebesar 25% dalam formula HBA, artinya pergerakan harga batu bara dipengaruhi oleh pasar internasional.(RI)