JAKARTA – Blok Sakakemang hampir dipastikan tidak akan dikembangkan secara full scale atau dengan kapasitas produksi yang maksimal. Hal ini dikarenakan kondisi cadangan migas yang dibawah perkiraaan.

Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menjelaskan berdasarkan temuan di sumur KBD-2X blok Sakakemang diperkirakan potensi sumber dayanya mencapai 2 Triliun Cubic Feet (TCF). Namun menurut dia temuan tersebut memang masih harus dipastikan melalui rangkaian kegiatan tambahan.

“Kami dari subsurface saat itu memahami bahwa untuk lapisan fracture basement, dengan data terbatas dari satu sumur, klaim tersebut masih mengandung ketidakpastian yang cukup tinggi. Hal ini yang mungkin saat itu tidak terlalu diekspos, karena di media masih eforia bahwa ada discovery sekian TCF,” kata Benny, kepada Dunia Energi, Rabu (18/5).

Repsol sebagai kontraktor Blok Sakakemang akhirnya melakukan kegiatan tambahan pemboran untuk memastikan jumlah cadangan. Menurut Benny, memang butuh satu sumur lagi untuk mengkonfirmasi potensi sumber daya yang ditemukan berdasarkan pemnoran KBD-2X. “Untuk mengetahui apakah ada konektivitas dari sumur KBD-2X ini dengan sumur berikutnya (KBD-3X), sehingga volume dapat diperkirakan dengan lebih akurat,” ujar Benny.

Dia menjelaskan berdasarkan hasil pemboran sumur KBD-3X , dilihat hasil analisa LDT (Long Duration Test) ternyata low productivity. Saat ini SKK Migas dan kontraktor kata Benny sedang membahas kemungkinan perubahan skenario Plan of Development (POD) early production yang sudah disetujui sebelumnya, supaya tetap bisa jalan secara ekonomis. Tapi Benny memastikan gas dari Blok Sakakemang tidak akan diproduksikan dengan kapasitas penuh atau maksimal.

“Namun tidak ada rencana POD full scale nya karena hasil sumur KBD-3x ternyata tidak sesuai harapan,” kata Benny.

Dalam perencanaan, gas Blok Sakakemang akan diproduksikan bertahap. Tahap I rencananya gas diproduksikan sebesar 85 MMscfd. Repsol menyanggupi untuk menjual gas Sakakemang dengan harga US$7 per MMBTU, padahal aturan pemerintah gas untuk industri maupun pembangkit listrik maksimal US$6 per MMBTU.

Pemerintah akhirnya menyetujui POD  I Lapangan Kaliberau, Blok Sakakemang pada 29 Desember 2020.

Dalam persetujuan PoD I Lapangan Kaliberau pemerintah menyetuhui rencana Repsol untuk memproduksikan cadangan gas sebesar 445,10 BSCF (gross) hingga akhir economic limit pada 2038 atau 287,70 BSCF (sales gas) dengan laju produksi gas puncak sebesar 85 MMSCFD dan kumulatif produksi kondensat sebesar 0,17 MMSTB dengan laju produksi puncak sebesar 34 BCPD.

Biaya investasi untuk pengembangan lapangan tersebut diperkirakan akan mencapai US$282 juta, yang akan digunakan untuk re-entry sumur KBD-2XST1 menjadi sumur produksi; drilling & completion satu sumur infill sebagai sumur produksi, pembangunan wellpad facilities. Serta pembangunan sejumlah fasilitas pendukung produksi seperti flowline dari wellpad menuju eksisting Grissik Central Gas Plant (GCGP) di WK Corridor, melalui sebagian Right of Way (ROW) di WK Jambi Merang dan modifikasi peralatan eksisting dan pemasangan peralatan baru di GCGP.

Wilayah Kerja Sakakemang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada awalnya Kontrak Kerja Sama WK Sakakemang ditandatangani antara BP Migas dan Cakra Nusa Darma Ltd. pada 18 Mei 2010 untuk jangka waktu 30 tahun dengan masa eksplorasi enam tahun.

Berbagai tantangan memang datang sejak Repsol pertamakali mengumumkan temuan potensk cadangan migas di Sakakemang. Saat diumumkan Konsorsium Repsol dan Petronas melalui anak perusahaannya, PC Sakakemang BV bersama Mitsui Oil Exploration Co. Ltd mengklaim telah menemukan potensi giant discovery di sana yang kala itu ditaksir mencapai 2 Triloun Cubic Feet (TCF).

Terakhir jumlah cadangan Sakakemang dikembangkan akhirnya hanya sekitar 0,5 TCF yang diketahui melalui sumur KBD 2X. Repsol kemudian melakukan pengeboran eksplorasi sumur KBD 3X dimana hasilnya juga kurang menggembirakan sehingga SKK Migas dan Repsol harus mengevaluasi lagi pengembangan blok Sakakemang.

Beberapa tantangan yang sempat menghadang pengembangan Sakakemang diantaranya harga gas hingga ketersediaan konsumen gas. Repsol Group melalui afiliasinya, Talisman Sakakemang BV, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk pasokan gas dari Blok Sakakemang. MoU tersebut berlaku sejak 12 Juli 2019 dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Gas Sales Agreement (GSA) oleh para pihak. (RI)