JAKARTA – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatat kerugian hingga US$27 juta pada 2019., lebih baik dibanding kerugian pada 2018 yang mencapai US$51,3 juta. Salah satu faktor yang memicu kerugian Medco adalah kombinasi segmen migas dan kelistrikan diimbangi dengan rugi yang lebih besar di Amman Mineral Nusa Tenggara sebesar US$49 juta. Jumlah kerugian dari Amman sebenarnya menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$66,74 juta.

Medco memiliki saham sebesar 39,35% di Amman Mineral Nusa Tenggara melalui entitas asosiasi, PT Amman Mineral Internasional. Serta melalui perusahaan ventura bersama, PT Amman Mineral Investama. Amman Mineral sebelumnya berbendera PT Newmont Nusa Tenggara, pengelola tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Roberto Lorato, CEO Medco Energi, mengatakan untuk 2020, hal utama yang harus diperhatikan Medco adalah penyebaran Covid-19 secara global dan jatuhnya harga minyak. Respons cepat yang MedcoEnergi lakukan dalam menghadapi tantangan baru ini adalah penerapan protokol ketat untuk memastikan kesejahteraan pekerja.

“Serta penangguhan dan efisiensi pengeluaran sebesar lebih dari US$200 juta untuk menjaga kas dan mendukung neraca Perusahaan,” kata Roberto dalam keterangannya, Kamis (21/5).

Dalam laporan keuangannya, Medco menyebutkan bahwa sepanjang tahun lalu EBITDA US$ 660 juta, kemudian Laba Kotor US$592 juta dengan EBITDA Pro forma Ophir sebesar US$802 juta.

Selanjutnya akuisisi Ophir secara langsung menambah EBITDA tujuh bulan sebesar US$131 juta setelah dikurangi dengan biaya akuisisi tak berulang sebesar US$35 juta dan biaya integrasi US$10 juta. Pro forma Ophir EBITDA adalah US$238 juta. Sinergi tahunan yang berulang dari akuisisi ini akan di atas US$50 juta.

Sepanjang tahun lalu realisasi belanja modal Medco mencapai adalah US$313 juta, pro forma US$356 juta, sesuai dengan panduan. Kemudian telah diselesaikan juga penjualan beberapa aset non-inti, termasuk Tunisia, Mexico Block 5, melaksanakan monetisasi pinjaman pemegang saham AMNT dan diikuti dengan dilusi lanjutan kepemilikan di AMNT pada 2019 dan 2020.(RI)