JAKARTA – Pemerintah sedang gencar-gencarnya mendorong kegiatan eksplorasi guna menemukan cadangan migas dalam jumlah besar untuk menekan laju penurunan produksi alami migas yang hampir dipastikan akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga sering kali menggaungkan kegiatan eksplorasi harus ditingkatkan termasuk melalui pengguna teknologi yang tepat.

Cahyo Nugroho, Chief Industry Solutions Officer, ESRI Indonesia, mengungkapkan penggunaan teknologi kegiatan eksplorasi menjadi salah satu komponen penentu kesuksesan kegiatan eksplorasi migas.

Teknologi sistem informasi berbasis geospasial memiliki peran penting di dunia tambang dan migas dimulai dari awal penentuan investasi (New Venture), eksplorasi, pengembangan, produksi, operasional dan rehabilitasi lingkungan.

“Implementasi geospasial dalam kegiatan eksplorasi antara lain, dapat melakukan analisa untuk petroleum system, penentuan “play” yang tepat, overlay interpretasi endapan sedimen masa lampau, analisa resiko atas leads dan prospects, dan penentuan lokasi sumur pengeboran eksplorasi,” kata Cahyo kepada Dunia Energi, Jumat (16/10).

Menurut Cahyo, selain penerapan geospasial pada kegiatan eksplorasi, sebenarnya Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dunia saat ini juga sudah akrab dengan penggunaan geospasial dalam kegiatan produksi. Ini yang belum banyak ditemukan penerapannya dalam operasional KKKS di tanah air.

Di tengah kemajuan zaman sekarang segala sesuatu pasti tercatat secara real time. Tentu ini bisa meningkatkan efisiensi yang menjadi harga mati bagi industri berisiko tinggi seperti industri migas.

“Informasi performance produksi per sumur yang diintegrasi dengan geospasial, akan memberikan nilai tambah informasi dan pemantauan produksi migas di setiap lokasi,” ungkap Cahyo.

Achmad Istamar, CEO ESRI Indonesia,  mengatakan pandemi membuat teknologi geospasial semakin berperan dalam berbagai sektor bisnis.

Selain memvisualisasikan data pada peta, teknologi ini memungkinkan pengguna memanfaatkan potensi teknologi Industri 4.0 dengan lebih baik seperti IoT, AI, dan pembelajaran mesin. Kemampuan ini memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan yang terinformasi dengan baik seperti meningkatkan operasi bisnis, hingga mengoptimalkan sumber daya dan membangun ketahanan bisnis.

Menurut Istamar, kebutuhan akan aplikasi seluler yang dapat diterapkan dengan cepat yang dapat membantu pemilik bisnis memahami bagaimana fasilitas dan operasi mereka dipengaruhi oleh Covid-19.

“Di seluruh dunia, kami melihat banyak perusahaan yang menggunakan teknologi geospasial untuk membantu mereka memenuhi tuntutan pekerjaan dimana pada saat bersamaan terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja atau perusahaan harus tetap memantau keselamatan karyawan mereka dan meningkatkan kelangsungan bisnis dalam walaupun menghadapi resesi,” kata Istamar.(RI)