Produksi batu bara nasional hingga Oktober 2018 sudah mencapai 409,9 juta ton. 

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan produksi batu bara nasional hingga akhir 2018 melampaui target sebesar 485 juta ton. Ini melihat realisasi hingga Oktober yang sudah mencapai 409,9 juta ton.

“Oktober kan 409,9 juta ton. Sampai akhir tahun mungkin lebih (dari target),” kata Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM di Kementerian ESDM, Kamis malam (22/11).

Data pemerintah menunjukkan dari total produksi hingga Oktober sebesar 409,9 juta, batu bara yang disalurkan ke pasar domestik mencapai 90,71 juta ton. Sisanya, 319,19 juta ton batu bara di pasok ke luar negeri atau diekspor.

Dari total penyaluran batu bara ke dalam negeri, sebesar 72,64 juta ton untuk sektor ketenagalistrikan dan sisanya 18,07 juta ton diserap industri lainnya seperti pupuk, semen, dan briket.

Namun demikian meskipun melebihi target produksi, target Domestic Market Obligation (DMO) belum tentu mencapai target yang telah dipatok. Jika sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2018 produksi batu bara dipatok 485 juta ton sehingga DMO 25% sebesar 121 juta ton. Belakangan pemerintah membuka keran produksi sebesar 100 juta ton khusus bagi perusahaan yang sudah mencapai kewajiban DMO.

Menurut Bambang, pemerintah tetap akan menerapkan sanksi apabila ada perusahaan yang tidak bisa memenuhi kewajiban DMO. “Pokoknya semua perusahaan penuhi dulu saja. Nanti kita lihat enggak ada yang serap karena sudah terpenuhi atau memang tidak setor? Maksudnya tidak setor itu ada perusahaan yang lebih ada yang kurang,” ungkap dia.

Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), mengakui DMO tahun ini tidak akan mencapai target lantaran belum ada penyerap batu bara tambahan. PT PLN (Persero) yang menjadi andalan juga tidak akan optimal penyerapannya.

“Target produksi 485 juta ton menurut aturan pemerintah 25% DMO dalam negeri jadi 121 juta ton. Realisasi penyerapan PLN juga masih rendah, jadi sebagian APBI memperkirakan realisasi serapan dalam negeri hanya 105-106 juta ton jadi kalau dibandingkan itu ada selisih,” tandas Hendra.(RI)