JAKARTA– PT Adaro Energy Tbk (ADRO), perusahaan energi terintegrasi salah satu terbesar di Tanah Air, menargetkan dapat mempertahankan Predikat PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021 setelah meraih Predikat serupa pada 2020. Perusahaan mengandalkan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) berupa inovasi di sektor tersebut.

Wiyana, Environmental Department Head Adaro Energy, menjelaskan inovasi dalam TJSL perusahaan tidak bisa dihindari di era saat ini. Karena itu, Adaro menjadikan inovasi melalui teknologi sebagai salah satu cara untuk bisa meggenjot keberlanjutan usaha yang dapat tumbuh bersama dengan lingkungan.

“Komitmen dan approach kepada masyarakat. Kita tidak bisa menghindari teknologi. Lalu ada pendekatan teknologi. Sekarang teknologi lebih mudah dibandingkan masa lalu,” kata Wiyana saat menjadi salah satu narasumber pada DE Talk betema “Mengejar PROPER dengan Inovasi Sosial dan Lingkungan” yang digelar secara virtual, Selasa (8/6).

Widaya menyebutkan tiga fokus CSR Adaro, yaitu Mbah Asri atau membangun kampung hijau sehat dan lestari. “Kami lakukan pemanfaatan air bersih diminum dan usaha sentra perikanan air tawar,” katanya.

Adaro juga menerapkan Paman Deco atau Program Mengubah Mindset dengan Ecodeurub. Inovasi ini yang membantu meningkatkan produktifitas para petani karet. Selain itu, ada juga program Acil Proker atau Aksi Cinta Indonesia Lawan COVID-19 dengan produksi masker.

Program CSR Mbah Asri berupa membangun kampung hijau sehat dan lestari. Target dari program ini adalah 100% akses air bersih masyarakat, peningktan usaha perkanan air tawar, dan pemberdayaan ibu rumah tangga melalui bank sampah. “Program ini juga menargetkan peningkatan penghijauan di sumber air dan perumahan serta 100% masyarakat memanfaatkan halaman rumah tangga,” katanya.

Inovasi program ini adalah pemanfaatan air bersih untuk Damiu dan usaha sentra perikanan air tawar. Selain itu, memilah sampah menghasilkan rupiah saat pandemi dan pemanfaatan halaman rumah untuk kebutuhan pangan keluarga.

Untuk program Paman Deco, tujuannya adalah mengubah mind set dengan Ecodeurub. Target program ini adalah perubahan perilaku petani karet menggunakan pupuk TSP dan merendam karet di sungai. Berikutnya adalah kelembagaan petani kare, akses penjualan karet langsung ke pabrik, dan peningkatan pendapatan koperasi karet.

Inovasi program ini adalah penggunaan ecodeurub untuk pengentalan karet, pemanfaatan cangkang biji karet untuk bahan baku ecodeurub (asap cair), terbentuknya koperasi petani karet pertama di Balangan, dan penerapan teknologi pilorisis untuk produksi ecodeurub serta kerja sama dengan pabrik.

“Untuk Acil Proker, targetnya terbentuknya LPK dan pelatihan menjahit serta produksi kain sasirangan khas Balangan eksis di era pandemi,” katanya.

Dengan terbentuknya lembaga LPK pelatihan menjahit dengan memproduksi masker yang memanfaatkan limbah kain oleh ibu rumah tangga di Balangan, Kalimantan Selatan serta pelatihan bagi kaum marginal atau yang putus sekolah. “Itu juga sudah memiliki hak paten,” ujar Wiyana. (APS)