Lapangan MigasJAKARTA – Pemerintah telah menetapkan target sektor minyak dan gas bumi (migas) untuk 2013, dimana lifting dipatok 900.000 barel per hari (bph) dengan penerimaan negara sebesar USD 33 miliar. Sementara tahun ini, seperti biasa, target produksi tidak tercapai karena berbagai kendala.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengakui, produksi minyak Indonesia tahun 2012 ini hanya mencapai 860.000 bph, atau lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 sebesar 930.000 bph.

“Produksi minyak pada tahun ini mencapai 92,47% dari target APBN-P 2012. Namun penerimaan negara dari sektor migas diperkirakan mencapai USD 36 miliar, atau 108% melampaui target APBN-P 2012 sebesar USD 33,48 miliar,” ujar Jero yang saat ini merangkap sebagai Kepala Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKMIGAS) di Jakarta, Kamis, 27 Desember 2012.

Tentang kendala tidak tercapainya target produksi 2012, Jero Wacik mengungkapkan adanya produksi PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang tidak kembali, akibat pecahnya pipa di lapangan Duri, Riau. Selain itu, sepanjang 2012 juga terjadi penundaan keputusan operator baru di Blok West Madura Offshore (WMO), kebakaran Floating Storage Offshore (FSO) Lentera Bangsa di lepas pantai Jawa.

Namun untuk 2013, Jero yakin sektor yang dipimpinnya mampu mencapai target. Menurutnya, asumsi volume lifting pada tahun depan untuk minyak ditetapkan sebesar 900.000 barel minyak per hari dan asumsi produksi gas sebesar 7.890 miliar british thermal unit per hari (BBTUD).

Sementara itu, target penerimaan negara dari sektor migas untuk 2013 sesuai APBN 2013 dipatok sebesar USD 31,75 miliar, atau 56% dari gross revenue, cost recovery sebesar USD 15,5 miliar atau 27% dari gross revenue, sedangkan pendapatan bagian kontraktor migas sebesar USD 9,7 miliar atau hanya sebesar 17% dari gross revenue.

(CR – 1 / duniaenergi@yahoo.co.id)