JAKARTA-PT Samindo Resources Tbk (MYOH), perusahaan penyedia jasa pertambangan batubara terintegrasi di Indonesia yang mayoritas sahamnya dikuasai Samtan Co Ltd, sejak pertengahan Mei 2018 menambah 10 unit dump truck dan satu unit excavator baru untuk memperkuat 123 armada guna meningkatkan kapasitas produksi. Ahmad Zaki Natsir, Investor Relation Samindo Resorces, mengatakan untuk pengadaan armada baru tersebut, Samindo mengeluarkan dana US$ 13,8 juta atau sekitar Rp 193,2 miliar (kurs Rp14.000 per dolar AS).

“Armada (alat berat) baru itu sudah beroperasi sejak akhir Mei 2018,” ujar Zaki di Jakarta, Selasa (5/6).

Menurut dia, sejak setahun terakhir harga batu bara terus naik. Hal ini mendorong operator batubara untuk menaikkan tingkat produksi. Selain itu, sejak pertengahan 2017, Samindo membukukan satu kontrak baru dengan PT Gunung Bayan Pratama (Bayan Group) selain kontrak lama dengan PT Kideco Jaya Agung. Adanya kontrak baru ini otomatis membutuhkan tambahan alat-alat baru untuk menunjang kegiatan operasi.

“Alat-alat berat yang baru ini dilengkapi dengan teknologi terbaru, salah satunya adalah fitur perekaman kinerja untuk mendapatkan data-data terkait kinerja peralatan selama beroperasi. Apalagi sejak dua tahun lalu kami menerapkan maintenance management system,” katanya dalam keterangan tertulis kepada Dunia-Energi.

Tahun ini, Samindo memproyeksikan pemindahan lahan atau overburden removal sebesar 54 juta bank cubic meter bcm, terdiri atas 49 juta bcm untuk Kideco dan 5 juta bcm Bayan, naik dari tahun lalu sebesar 48 juta bcm Kideco dan 2,5 juta bcm Gunung Bayan Pratama. Sementara produksi batubara sepanjang 2018 diproyeksikan mencapai 10,9 juta ton. Hingga kuartal I, produksi batubara baru mencapai 2 juta ton. Zaki optimistis target tersebut bisa tercapai.

Hingga kuartal I 2018, overburden removal Samindo mencapai 12,5 juta bcm. Sebanyak 95% untuk Kideco dan 5% untuk Gunung Bayan. Menurut Zaki, pada kuartal I biasanya kapasitas produksi turun karena tingginya curah hujan. Bila tahun lalu hujan bisa enam jam dalam satu hari, tahun ini berkurang jadi hanya empat jam.

“Kemungkinan pada kuartal II tingkat overburden removal sama dengan potensi meningkat dibandingkan kuartal I dengan kapasitas sangat besar biasanya terjadi di kuartal IV,” jelas dia.

Demi meningkatkan kinerja, Samindo saat ini menjajaki akuisisi tambang batubara di Sumatera dan Kalimantan. Perseroan bahkan memproyesikan anggaran US$ 100 juta sejak dua tahun lalu untuk mengakuisisi tambang.

Ahmad Saleh, Direktur Independen Samindo, mengatakan saat ini Samindo sedang melakukan penjajakan dengan perusahaan nasional untuk mengakuisisi saham lahan pertambangan tersebut. Bahkan, tidak tanggung-tanggung produksi batubara di lahan tambang yang sedang dibidik ini bisa mencapai sekitar 20 juta ton.

Menurut Ahmad, tambang yang akan diakuisisi harus berada dalam proyeksi RUPTL PLN dalam pengembangan pembangkit listrik. Pasalnya, Samindo berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap mulut tambang.

Zaki menambahkan, dana untuk akuisisi berasal dari kas shareholder loan, yaitu Samtan Co Ltd yang saat ini menguasai 59,03% saham Samindo.

Sepanjang kuartal I 2018, Samindo mencatatkan kenaikan laba bersih sebear 71% dari US$ 3,4 juta menjadi US$ 5,82 juta (year-on-year) ditopang kenaikan pendapatan 19,3% menjadi US$ 52,84 juta dari US$ 44,3 juta (year-on-year). Peningkatan kinerja itu juga karena sejak pertengahan 2017, Samindo berhasil membukukan kontrak kerja sama dengan Bayan Group, selain dari proyek tambang Kideco yang telah berjalan selama 17 tahun.

Samindo adalah investment holding company dengan kompetensi inti dalam penyediaan jasa pertambangan batubara dalam hal pemindahan lahan (overburden removal) dan produksi batubara (coal getting), pengangkutan batubara (coal hauling), serta pemetaan geologi dan pemboran (geological mapping and drilling). Samindo menjalankan keempat kegiatan produksi melalui empat anak usaha, yaitu PT SIMS Jaya Kaltim, PT Trasindo Murni Perkasa, PT Samindo Utama Kaltim, dan PT Mintec Abadi. (DR)