BANGKALAN– Keberadaan Taman Pendidikan Mangrove (TPM) di Desa Labuhan, Kecamatan Sepuluh, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur memberikan efek pengganda (multiplier effect) bagi masyarakat. Selain berfungsi ekologis dan edukatif, TPM juga diproyeksikan mendongkrak ekonomi masyarakat.

Abdul Latif Amin Imron, Bupati Bangkalan, mengatakan warga dapat menggunakan keberadaan TPM di Desa Labuhan dengan baik. Apalagi TPM ini merupakan destinasi wisata alam pesisir yang menjadi salah satu ikon wisata Bangkalan.

“Keberadaaan TPM ini sangat bermanfaat bagi warga sekitar karena warga bisa berwirausaha di area wisata ini,” ujar Abul Latif dalam sambutannya saat meluncurkan kembali (relaunching) TMP Desa Labuhan, Kamis (1/8).

Menurut Bupati, keberadaan ekowisata TPM sebagai wahana pelestarian alam sangat potensial menjadi penggerak ekonomi masyarakat serta mengurangi angka penggangguran di Desa Labuhan. Pemkab Bangkalan akan terus mendorong pengembangannya sejalan dengan visi dan misi terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan sebagai Pintu Gerbang Madura menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa.

TPM ini kerja sama Pemerintah Kabupaten Bangkalan dan PHE WMO. Keberadaan TPM ini sangat berpotensi menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Namun, menurut Bupati, keberadaan TPM tersebut tidak ditunjang oleh kondisi infrastruktur jalan yang memadai menuju lokasi.

“Kami akan cari jalan alternatif. Jalan masuk ke TPM kecil sehingga mobil besar tidak bisa masuk. Kami akan bicarakan dengan Pak Wakil Bupati Bangkalan untuk mencarikan jalan alternatif yang terbaik menuju akses TPM,” katanya.

Moh Hasan Faisol, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisataa Bangkalan, menambahkan Pemkab Bangkalan akan menganggarkan dana pada APBD 2020 untuk pembangunan jalan menuju wisata TPM. Pemkab juga akan membuat tempat parkir yang layak untuk ditempati oleh mobil kecil dan besar.

Sebelum menjadi lokasi wisata, ekosistem pesisir di Desa Labuhan rusak seja dibuka tambak undang windu pada dekade 90-an. Hutan mangrove yang tumbuh lebat hilang sehingga terjadi abrasi pantai yang sangat serius. “Sumur warga menjadi asin dan produksi perikanan turun,” ujarnya.

Pada 2013, masyarakat yang diprakarsai Kelompok Tani Cemara Sejahtera bersama Pemkab Bangkalan, PHE WMO dan Universitas Trunojoyo Madura melakukan penghijauan dengan menanam 10 ribu mangrove dan cemara laut. Ada beragam jenis mangrove di TPMM, mulai Sonneratia Alba, Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizophora Apiculata, Rhizhophora Mucronata, hingga Cemara Casuarina.

Destinasi wisata ini terdiri atas taman mangrove, pohon cemara, budidaya pepaya california, budidaya kambing etawa, budidaya kepiting soka, lahan pembibitan mangrove dan cemara, saung dan camping ground.

Sebelum masuk ke area TPM terdapat bangunan dari kayu, berkolong layaknya rumah Lamin, khas Kalimantan. Sebagian ruangan dijadikan kantor pengelola dan sebagian lagi buat penginapan. Ada taman cemara udang di halaman, dikelilingi jalan paving.

Untuk mengitari hutan mangrove, pengelola TPM telah membangun jembatan kayu (tracking) sepanjang 350 meter yang membelah hutan mangrove. Dengan demikian, para pengunjung akan disuguhkan perjalanan wisata membelah hamparan hutan mangrove seperti BJBR (Bee Jay Bakau Resort) di Probolinggo.

“TPM kebanggaan masyarakat Bangkalan ini telah menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I Bali,” ujarnya.

Ani Surachman, General Manager PHE WMO, menjelaskan PHE WMO mendukung pelestarian hutan mangrove di Desa Labuhan sebagai implementasi tanggungjawab sosial perusahaan. Kemandirian dan terjaganya keseimbangan ekologi yang telah tercipta di TPM diharapkan mampu dipertahankan dan dilestarikan. (DR)