JAKARTA – PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) menargetkan peningkatan penggunaan biomassa (co-firing) sebagai pengganti batu bara untuk dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Sugiyanto, Direktur Operasi I PJB, mengatakan dua pembangkit yang dikelola PJB sudah mulai menggunakan biomassa, yakni PLTU Paiton 1 dan 2. Meskipun baru sebatas pilot project, PJB akan mulai meningkatkan porsi biomassa pada tahun ini. Pada tahap awal, porsi biomassa yang digunakan sekitar 1.000-1.500 ton.

“Kami melakukan ini sebagai pilot project di Paiton 1 dan 2. Kami sudah uji coba dan berhasil. Kami bakar 1.000 – 1.500 ton biomasa yang dipasok masyarakat sekitar 1.500 ton per bulan,” ujar Sugiyanto dalam diskusi virtual penghematan penyediaan listrik, Selasa (23/2).

Menurut Sugiyanto, sejak tahun lalu PJB mengonsumsi biomassa yang diperoleh dari masyarakat sekitar. Biomassa berasal dari sekam serut kayu, sampah kering dan juga limbah kering warga.

Co-firing biomassa bisa menekan BPP serta tentu dari sisi lingkungan juga lebih baik. Manajemen sudah menargetkan tahun ini ada peningkatan penggunaan biomassa lebih dari 100% dibandingkan tahun lalu. “Kami tingkatkan 5.000 ton per bulan pada tahun ini. Sebanding 1,5% batu bara untuk PLTU Paiton,” ujar Sugiyanto.

Rencananya, PJB juga akan mulai mencoba penggunaan biomassa untuk PLTU lainnya. “Melalui pengalaman di Paiton 1 dan 2, rencananya mulai tahun depan kami juga akan melakukan mekanisme yang sama di PLTU yang lain,” kata Sugiyanto.

Penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara pada PLTU tengah digenjot juga oleh pemerintah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyusun strategi untuk mempercepat pengurangan batu bara pada PLTU.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), mengungkapkan upaya cofiring  tentunya akan berdampak positif dalam pencapaian kontribusi EBT. Kebijakan Energi Nasional telah menetapkan target pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025.

“Dengan pencapaian pada 2020 kurang lebih 11%, maka PR kami untuk mencapai target tersebut masih cukup besar dan diperlukan berbagai terobosan dan inovasi untuk akselerasinya,” kata Dadan.

Dia berharap program cofiring dilaksanakan secara berkelanjutan dan semua pihak dapat turut menyukseskan program tersebut. “Kami tidak berharap program ini hanya berjalan sebentar, persentase campuran biomassa juga harus terus ditingkatkan. Untuk itu, sisi hulu penyediaan feedstock-nya harus sama-sama kita bangun dan kembangkan dengan baik,” kata Dadan.(RI)