JAKARTA – Ambisi tinggi dipatok pemerintah untuk urusan kendaraan listrik. Pemerintah menargetkan bisa menjadi pemain utama untuk industri baterai kendaraan listrik, tidak hanya untuk tingkat regional tapi juga tingkat dunia.

Agus Tjahajana, Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery), menyatakan potensi yang dimiliki Indonesia untuk urusan baterai kendaraan listrik tidak main-main untuk itu pemerintah berani mematok target tinggi karena Indonesia memiliki modal besar untuk berada di posisi itu.

Dia menegaskan kolaborasi dari tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN),yaitu MIND ID yang diwakili oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) akan mampu menciptakan ekosistem industri baterai listrik dari hulu hingga hilir.

Agus menyatakan modal utama yang dimiliki adalah ketersediaan bahan baku Indonesia memiliki beberapa material bahan baku utama dalam pembuatan baterai seperti nikel, alumunium, mangan, cobalt. Dia bilang bahkan nikel Indonesia memegang porsi sebesar 30% dari cadangan nikel dunia.

“Bila industri baterai ini terbangun ditambah dengan pasar otomotif dalam negeri yang terbesar di kawasan,  Indonesia memiliki potensi terbesar di ASEAN untuk membangun ekosistem industri EV meliputi industri battery EV hulu sampai hilir, infrastruktur charging station, sampai dengan daur ulang,” ungkap Agus disela rapat dengan Komisis VII DPR, Senin (1/2).

Agus menjelaskan pada 2025 para BUMN ini diharapkan  bisa membangun ekosistem industri baterai listrik yakni menjadi pemain global material hulu baterai dengan menjadi produsen nikel sulfat global dengan produksi tahunan 50 ribu – 100 ribu ton untuk melayani ekspor global dan permintaan lokal.

Berikutnya, BUMN ini menjadi pemain global material antara (katoda) baterai yakni dengan memanfaatkan hulu untuk membangun rantai nilai tengah dan hilir yang kuat, menjadi produsen prekursor dan katoda global dengan output tahunan 120 ribu – 240 ribu ton untuk diekspor dan digunakan secara lokal.

Di luar hiliritu, menjadi pemain regional dan domestik di baterai dan baterai kendaraan listrik serta pusat manufaktur baterai kendaran listrik di ASEAN.

Agus menuturkan  Antam memiliki cadangan nikel nomor dua terbesar di Indonesia yang akan berperan untuk menyediakan biji nikel sebagai bahan baku hulu sampai menjadi hilir untuk kendaraan listrik berbasis baterai. Nikel ini tidak hanya dibutuhkan untuk membuat baterainya tapi juga mobil listriknya.

“PT Antam memiliki cadangan nikel yang cukup besar untuk dapat memasok produksi battery EV,” tutur Agus.

Sementara dua BUMN lainna memiliki kemampuan lain untuk menunjang pegembangan industri baterai kendaraan listrik.

Pertamina memiliki hampir 7.000 SPBU akan berperan untuk manufaktur produk hilir meliputi pembuatan cell battery hingga enginee storage system (ESS). Sementara PLN akan berperan untuk penyediaan infrastruktur pengisian daya seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) hingga menjadi integrator energy management system (EMS). (RI)