JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) terus berupaya mempercepat penanganan semburan gas dari sumur YYA-1 di Blok Offshore North West Java (ONWJ). Saat ini penanganan masuk tahap relief well
RW berjarak satu kilometer dari sumur YYA 1 yang masih menyemburkan fluida.

Taufik Adityawarman, Incident Commander Proyek YY, mengatakan saat ini sudah masuk eksekusi di kedalaman 2.050 feet dengan casing 17,5 inchi dengan target intersep hingga 9.000 feet

“Target kami semen plat dikasih tekanan untuk melawan semburan gas. Perkiraan desain 67 hari. Per hari ini sudah dua hari lebih cepat. Kami ingin biar segera selesai musibah ini,” ujar Taufik di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Kamis (8/8).

Menurut Taufik, isu utama lainnya penanganan terhadap semburan hingga hari ke-65. Untuk itu, semburan yang keluar dijaga dengan oil boom, ada beberapa kapal yang skimming crude yang berceceran.

“Kami telah menyiapkan 4.700 static oil boom untuk menghadang oil spill. Selain itu, 600 meter moved oil boom menghadang oil spill yang lepas dari sumber utama. Empat oil skimmer dan 44 kapal untuk combat oil spill penampungan sementara patrol dan standby firefighting,” ungkap Taufik.

Hingga Rabu (7/8), Pertamina  mengklaim telah berhasil melakukan recovery atau pengambilan tumpahan minyak yang menyembur keluar dari sumur YYA1 di Laut Jawa mencapai 3.965,71 barel.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina menyatakan data terbaru dari recovery minyak yang dilakukan menunjukkan angka real pengambilan tumpahan minyak rata-rata per hari bahkan tidak sampai 1.000-an barel.

“Yang kami lihat rata-rata tangkapan dilaut 400-500 barel sejak ini dipasang efektif,” kata Dharmawan.

Pemerintah maupun Pertamina sebelumnya sempat merilis data tumpahan minyak yang memyembur keluar dari sumur mencapai 3 ribuan barel per hari.

Menurut Dharmawan, angka tiga ribu barel berdasarkan estimasi kemampuan produksi sumur dan kemampuan peralatan. Serta logistik dalam melakukan penanggulangan sebuah semburan atsu tumpahan minyak.

“Dalam krisis management over react kami harus sediakan alat-alat lebih besar dari prediksi yang diestimasikan. Estimasi 3.000 barel karena saat estimasi tes sumur mampu berproduksi 3.000 barel. Jika sekarang rata-rata sudah flat mudah-mudaan itu kenyataan yang kami lihat,” kata Dharmawan.

Dia menambahkan bahwa salah satu fokus utama penanggulangan adalah menghabiskan ceceran minyak yang ada di laut sehingga wilayah terpapar minyak di darat tidak meluas. “Dengan kita maksimalkan penanganan di offshore maka kita akan bisa tangani di darat,” tandas Dharmawan.

Pertamina menyebut telah melakukan recovery wilayah darat yang terlanjur terpapar minyak. Hingga Rabu (7/8) tercatat sudah 4.915.944 kg material atau sudah sebanyak 1.047.386 karung dengan rata per karung 4,6 kg. Lalu setiap karung diperkirakan memiliki kandungan minyak sebanyak 10%.(RI)