PEKANBARU – Manajemen PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk mengoptimalkan produksi WiLayah Kerja (WK) Rokan. Budiman Parhusip, Direktur Utama Subholding Upstream Pertamina, mengatakan rencana kerja masif dan agresif di WK Rokan membutuhkan dukungan semua pihak agar mencapai hasil yang diinginkan. Rencana kerja WK Rokan dalam mengoptimalkan produksi, di antaranya menjaga kinerja base business, program pengeboran yang agresif, digitalisasi untuk terus mendorong efisiensi, dan kajian teknologi pengangkatan minyak tingkat lanjut (EOR).

“Kegiatan operasi WK Rokan sejauh ini berjalan sesuai rencana untuk mengejar target yang ditetapkan,” kata Budiman saat meninjau fasilitas produksi di Lapangan Duri dan pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC), Kamis (14/10).

Budiman mengungkapkan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menargetkan pengeboran 161 sumur, terhitung sejak alih kelola hingga akhir tahun. Sejauh ini, PHR telah mengebor 57 sumur tajak dengan mengoperasikan 16 rig. “Jumlah rig pengeboran akan terus ditambah untuk mendukung upaya pencapaian target,” ujar Budiman.

Dalam kesempatan yang sama Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyampaikan apresiasi kepada Pertamina Hulu Rokan atas kelancaran operasi dan tingkat produksi yang terjaga di Wilayah Kerja (WK) Rokan pasca alih kelola. Ia juga memberikan dukungan terhadap rencana kerja masif dan agresif untuk menaikkan produktivitas salah satu WK migas terbesar di tanah air tersebut.

Dalam kunjungan sehari di Riau tersebut, Menteri ESDM didampingi oleh Gubernur Riau Syamsuar, Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Tenaga Ahli Komite Pengawas Bidang Operasi SKK Migas Nanang Abdul Manaf, Kepala Perwakilan SKK Sumbagut Rikki Rahmat Firdaus, Dirut Subholding Upstream Pertamina, Dirut PHR Jaffee A Suardin, dan jajaran manajemen PHR WK Rokan.

Arifin menyampaikan WK Rokan masih memiliki sumber yang potensial. Ia memastikan pemerintah selalu mendukung upaya untuk meningkatkan produksi dan kita harus satu visi untuk mewujudkannya. “Tantangan selanjutnya bagaimana kita bisa mencapai yang lebih baik lagi karena produksi migas untuk kemaslahatan banyak orang dan juga menutup kesenjangan impor,” kata Arifin.

Ia juga memberikan semangat kepada para pekerja di WK Rokan untuk menjaga tingkat produksi agar memberikan manfaat optimal bagi negara dan masyarakat. Di Lapangan Duri, Menteri ESDM mengunjungi Central Gathering Station (CGS) 10 untuk melihat pemanfaatan dan daur ulang air terproduksi dalam sistem injeksi uap (steamflood) yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

Arifin mengapresiasi upaya pekerja PHR dalam meningkatkan efisiensi produksi dan juga pemanfaatan teknologi seperti yang ada di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC). “Jangan pernah lelah untuk terus melakukan proses penyempurnaan. Terus mencari terobosan nilai tambah. Jangan lengah dengan perkembangan teknologi yang ada dan terus memonitor teknologi yang bisa memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Anda semua adalah pahlawan devisa,” kata Arifin Tasrif.

Hal senada disampaikan Syamsuar, Gubernur Riau, bahwa pihaknya mendukung upaya untuk menaikkan produksi karena akan berdampak pada pendapatan negara dan daerah.

Sementara itu Jaffee A Suardin, Direktur Utama PHR, menambahkan fasilitas CGS 10 yang ditinjau Menteri ESDM ini merupakan stasiun pengumpul minyak terbesar di Lapangan Duri yang mengolah sekitar 240 ribu barel fluida per hari dan memproduksi minyak sekitar 20 ribu barel per hari. Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan injeksi uap (steamflood) terbesar di dunia yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

“Teknologi ini terbukti berhasil meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri lima kali lebih baik dibandingkan teknologi konvensional,” kata Jaffee.

Sementara itu, pusat digitalisasi IODSC yang juga ditinjau Menteri ESDM merupakan pusat kegiatan digitalisasi WK Rokan. Penerapan digitalisasi di WK Rokan setidaknya memberikan empat manfaat utama, yakni peningkatan kinerja keselamatan; penurunan signifikan dari potensi kehilangan produksi / LPO hingga sekitar 40 persen; optimalisasi kemampuan fasilitas produksi; dan peningkatan efisiensi.

“WK Rokan merupakan salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030. Produksi WK Rokan menyumbangkan hampir 25 persen produksi minyak nasional,” kata Jaffee.(RA)