JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dinilai sukses mengemban tugas pendistribusian BBM saat masa Ramadhan dan Idul Fitri 2019. Ini ditunjukkan dengan tidak adanya peristiwa kelangkaan skala besar selama masa mudik dan arus balik lebaran.

Tulus Abadi, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengatakan selama masa mudik dan arus balik praktis tidak ada pengaduanĀ  masyarakat terkait pelayanan dan pendistribusian BBM oleh Pertamina dan koleganya, Hiswana Migas.

“Sebelum mudik lebaran “saya warning” agar Pertamina mengantisipasi kelangkaan di tengah kemacetan yang parah. Jangan sampai kejadian seperti era Brexit dulu. Pertamina harus mempunyai jurus jitu untuk antisipasi dan saya lihat juga cukup efektif,” kata Tulus ditemui disela pemberian penghargaan kepada Pertamina dalam rangka pemberian penghargaan kesuksesan distribusi BBM dan LPG dari Asosiasi Pengamat Energy Indoensia di Jakarta, Rabu (26/6).

Menurut Tulus, beberapa strategi sepeti penjualan melalui kemasan dan penyediaan distribusi melalui sepeda motor yang diterapkan Pertamina cukup sukses dalam mengantisipasi peningkatan konsumsi BBM.

“Salah satunya membuat Pertamax kemasan, dan pasokan dengan motor. Jadi kalau terjadi kemacetan yang parah Pertamina bisa memasok dengan motor. jadi kontingensi plan sudah ada,” katanya.

Selama masa Satgas, Pertamina telah menyiagakan lebih dari seribu layanan BBM di sepanjang jalur mudik Pulau Jawa dan Sumatera. Layanan SPBU reguler sebanyak 822 unit, Kios Pertamina Siaga sebanyak 64 titik, Motor Kemasan sebanyak 200 unit, Kantong BBM 115 titik dan Rumah Pertamina Siaga di 60 lokasi.

Pertamina juga mencatat adanya kenaikan untuk penyaluran LPG selama masa yang naik sebesar 7% dibandingkan rata-rata kondisi normal. Meskipun penyaluran sebagian produk tercatat naik, namun stok BBM, Avtur dan LPG hingga saat ini masih terpantau aman.

Secara keseluruhan konsumsi bahan bakar jenis Gasoline selama masa Satgas mengalami peningkatan sebesar 9% dari rata-rata harian yang sekitar 93 ribu KL menjadi 102 ribu KL. Jika dibandingkan dengan masa Satgas tahun lalu, konsumsi tahun ini juga tercatat megalami kenaikan sebesar 4%. Kenaikan tertinggi Gasoline terjadi pada Pertamax sebesar 14%, disusul Pertamax Turbo 11% dan dan Pertalite 9%.

Sementara untuk jenis Gasoil, konsumsinya mengalami penurunan hingga 17%, karena banyak industri yang menghentikan operasi kendaraannya selama masa mudik. Namun demikian, konsumsi Dex yang dikonsumsi kendaraan pribadi, tetap mengalami kenaikan hingga 10%, hampir sama dengan kenaikan tahun lalu.

Namun demikian Tulus meminta agar ketepatan takaran tidak boleh dilupakan Pertamina. Peningkatan permintaan bahan bakar juga turut meningkatkan potensi pelanggaran terhadap takaran. Terkait hal itu, Pertamina harus bisa berkoordinasi menjemput bola melalui koordinasi dengan pihak termasuk Badan Metrologi.

Pemerintah dinilai sudah sepatutnya melakukan uji petik sebelum dan sesudah pelaksanaan satgas mudik lebaran. Agar ketepatan takaran tetap terjaga.

“Sebenarnya pengawasan alat ukur itu concern-nya pemerintah. Jadi itu harusnya pemerintah, cuma saya diskusi dengan dinas metrologi yang melaksanakan uji petik itu hanya bisa melakukan satu tahun sekali. Itu terlalu lama, bagusnya tiga kali dalam setahun,” kata Tulus.(RI)