JAKARTA – Pemerintah mempertimbangkan untuk menyesuaikan harga BBM jenis tertentu atau solar. Penyesuaian harga solar menyusul keputusan Badan Anggaran (Banggar) DPR yang menetapkan anggaran subsidi untuk tahun depan maksimal sebesar Rp1.000 per liter atau lebih rendah dari usulan pemerintah sebesar Rp1.500 per liter.

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan harga BBM jenis solar tidak mengalami perubahan sejak April 2016. Disisi lain hampir tiga tahun lamanya terjadi fluktuasi harga keekonomian BBM jenis solar yang ditanggung subsidi.

“Tentang 2020, subsidi solar waktu itu kami sepakati maksimal Rp1.500, tapi di Panja Anggaran Banggar ditetapkan Rp 1.000 per liter. Jadi dikoreksi,” kata Jonan disela rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (15/7).

Menurut Jonan, apabila subsidi ditetapkan maksimal Rp1.000 maka pemerintah akan meminta pertimbangan Komisi VII DPR  untuk melakukan penyesuaian harga ditingkat pengecer atau yang dijual ke masyarakat. Pemerintah pun meminta arahan kepada DPR apakah perlu untuk menyesuaikan harga solar ditingkat eceran pada tahun depan.

“Ini kalau sampai digetok tentumya mungkin kami akan melihat apakah perlu ada adjustment atau penyesuaian eceran untuk 2020 yang harga ecerannya Rp.5.150 per liter sekarang,” ujar Jonan.

Harga keekonomian solar sejak awal 2019  terus merangkak naik. Dalam data Kementerian ESDM pada Januari harga keekonomian sebesar Rp 5.850 per liter.
Jika harga sebesar itu maka masih bisa ditutupi dari subsisi sebesar Rp 700 per liter
Pada Februari harga keekonomian sempat turun menjadi Rp5.550 per liter. Namun demikian kembali bergerak naik pada bulan-bulan berikutnya yakni menjadi Rp 6.100 pada Maret, lalu menjadi Rp 6.650 pada bulan April, Rp 6.700 per liter pada Mei dan Juni menjadi Rp 6.850 per liter.(RI)