JAKARTA – Strategi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang tepat diyakini akan memacu pemanfaatannya di Indonesia yang saat ini baru 10,4 Gigawatt (GW) atau sekitar 2,5% dari total potensi 417,8 GW. Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, meyakini target bauran EBT 23% pada tahun 2025 dapat tercapai dengan pelaksanaan program akselerasi yang komprehensif dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.

“Strategi pertama dengan substitusi energi primer tanpa perlu mengganti teknologi utamanya, seperti cofiring biomassa yang tetap menggunakan PLTU yang sama. Kedua, konversi energi primer, dalam hal ini membutuhkan konversi dari segi teknologi. Setelah mulai pulih dari sisi pertumbuhan ekonomi, maka strategi yang ketiga adalah penambahan kapasitas pembangkit EBT,” kata Dadan dalam acara EBTKE Connex 2020, baru-baru ini.

Dadan menambahkan, saat ini demand listrik sedang terkoreksi sampai minus 2,4%. Oleh karenanya, perlu pemikiran yang komprehensif semua pihak untuk bisa mengusulkan sebuah kegiatan dan program bahwa energi terbarukan tetap akan naik.

“Tahun ini secara perhitungan kami, kita sudah naik ke 10,9%. Kalau ditarik lurus ke target 2025 ini tidak akan sampai 23%, sehingga harus lebih fokus mencari teknologi mencari cara bahwa 4-5 tahun ini kita bisa mendekati kepada target yang sudah sama-sama kita susun dulu,” ujarnya.

Pemerintah saat ini sedang menyusun Grand Strategi Energi Nasional untuk menjamin ketersediaan energi yang cukup, kualitas yang baik, harga yang terjangkau dan ramah lingkungan dalam kurun waktu 2020-2040. Strategi yang dikembangkan antara lain meningkatkan lifting minyak, mendorong pengembangan kendaraan listrik, pengembangan dan pembangunan kilang, serta pengembangan EBT untuk mengurangi impor minyak, sedangkan untuk mengurangi impor LPG melalui strategi penggunaan kompor listrik, pembangunan jaringan gas kota, dan pemanfaatan DME.

“Pelaksanaan Grand Strategi Energi Nasional juga mempertimbangkan kondisi pengembangan energi nasional saat ini, memperhatikan sumber EBT yang tersedia, dan menyesuaikan dengan tren ekonomi EBT,” tandas Dadan.(RA)

Program-progam pengembangan EBTKE yang juga disiapkan oleh pemerintah, antara lain:

– Penciptaan pasar baru untuk energi terbarukan melalui program: Renewable Energy Based Industry Development (REBID) dan Renewable Energy Based on Economic Development (REBED);

– Mendorong peningkatan kapasitas PLT EBT dengan memastikan komitmen pihak terkait dalam pengembangan PLT EBT sesuai RUPTL; pengembangan PLTS dan PLTB skala besar untuk menciptakan pasar yang menarik bagi investor dan mengembangkan industri lokal;

– Memaksimalkan penerapan Bioenergi, melalui percepatan pembangunan PLTSa di 12 Kota, PLTU biomasa co-firing, program B30, serta program pembangunan green refinery;

– Pengembangan panas bumi berbasis wilayah melalui program Flores Geothermal Island, yaitu pemenuhan beban dasar listrik di Pulau Flores dari panas bumi dan optimalisasi pemanfaatan langsung dari panas bumi;

– Peningkatan kualitas data dan informasi panas bumi melalui program eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah, untuk mengurangi risiko eksplorasi yang dihadapi pengembang;

– Sinergitas pengembangan EBT dengan pengembangan kluster ekonomi seperti Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri dan Kawasan Wisata Unggulan;

– Modernisasi infrastruktur ketenagalistrikan melalui smart grid;

– Fasilitas pendanaan berbiaya rendah untuk investasi Energi Terbarukan; dan

– Memanfaatkan waduk untuk PLTS terapung sebagaimana diatur dalam Permen PUPR No. 6 Tahun 2020.