NUSA DUA – Perubahan iklim yang sedang terjadi menjadi tanggung jawab semua pihak terlebih perusahaan energi seperti PT PLN (Persero). Untuk itu manajemen telah menyiapkan strategi sebagai respon terhadap kondisi tersebut.

Salah satunya adalah dengan memaksimalkan operasional pembangkit yang ada dan secara paralel mengganti pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan.

Evy Haryadi, Direktur Perencanaan Korporat PLN, mengatakan PLN telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon. Menurutnya untuk memitigasi perubahan iklim mencapai netralitas karbon PLN membutuhkan kapasitas listrik terpasang sebesar 413 Gigawatt (GW) yang 75% diantaranya berasal dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan didukung oleh 19 GW interkoneksi dari Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara ke Jawa.

“Porsi besar dalam bauran tersebut akan berasal dari energi terbarukan dengan 308 GW kapasitas terpasang,” kata Evy, dalam diskusi Role of G20 Power Utilities in Climate Mitigation Efforts di Bali, Senin (29/8).

Evy menjelaskan PLN juga berencana menerapkan teknologi carbon capture and storage (CCS) atau penangkapan karbon untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), menerapkan mekanisme transisi energi dengan mempensiunkan dini PLTU dan penerapan teknologi baru seperti biomassa dan hidrogen.

Untuk menjalankan upaya pencapaian target carbon neutral pada 2060 tersebut, PLN mebutuhkan investasi untuk mencapai sebesar US$614 miliar, di mana US$596 miliar adalah investasi kapasitas listrik dan US$18 miliar adalah investasi interkoneksi.

Upaya ini pun perlu didukung oleh sejumlah hal, pertama tentang pembiayaan transisi energi, melalui akses ke pembiayaan hijau berbiaya lebih rendah, hibah pembangunan dan dukungan kerja sama antar pemerintah/negara. Berikutnya adalah pada harga listrik, PLN membutuhkan kompensasi agar harga listrik tetap terjangkau oleh masyarakat.

“Kita membutuhkan mekanisme subsidi kompensasi untuk meringankan kenaikan biaya kepada pelanggan,” ungkap Evy.

Ketiga adalah teknologi untuk mencapai skala ekonomi untuk teknologi baru, melalui investasi mega proyek dan berbagi teknologi oleh para pemain global di Battery Energy Storage System (BESS), Carbon Capture Storage (CCS) dan Hidrogen.

“Keempat adalah kebijakan pendukung, seperti penghapusan tarif impor dan pengenaan subsidi untuk mengurangi biaya kendaraan listrik,” ujarnya.

Federico Lopez De Alba, Manager of Environmental Protection Comision Federal Electricity Commission (CFE), mengungkapkan CFE sebagai perusahaan listrik di Meksiko pun sudah melakukan upaya mitigasi mengatasi perubahan iklim.
“Sekarang ke dalam kebijakan energi, yang sangat menarik adalah bahwa kita harus mematuhi setidaknya 35% energi bersih pada tahun 2024,” kata dia. (RI)