NEW YORK– Harga minyak terus menguat pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (31/1) pagi. Hal ini dipicu oleh peningkatan persediaan minyak mentah AS yang lebih lemah dari perkiraan para analis dan pernyataan pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve (Fed) menekan dolar AS.

Kantor berita Xinhua melaporkan, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2019 naik US$0,92 menjadi menetap pada US$54,23 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik US$0,33 menjadi ditutup pada US$61,65 per barel di London ICE Futures Exchange.

Menurut jajak pendapat Reuters yang dilansir antaranews.com, persediaan minyak mentah komersial AS naik 0,9 juta barel dari minggu sebelumnya, menurut laporan mingguan terbaru Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (30/1). Angka tersebut jauh dari ekspektasi para analis untuk kenaikan 3,2 juta barel

Selain itu, impor minyak mentah AS rata-rata mencapai 7,1 juta barel per hari (bph) pekan lalu, turun 1,11 juta barel per hari dari minggu sebelumnya.

Minyak berjangka naik bersama dengan saham-saham minyak pada Rabu (30/1), setelah Federal Reserve menjanjikan kesabaran dalam pembuatan kebijakan di masa depan tentang penyesuaian suku bunga acuannya.

Di antara 11 sektor utama S&P 500, sektor energi menguat lebih dari 1,5%, memimpin para pencetak keuntungan.

“Mengingat perkembangan ekonomi dan keuangan global dan tekanan inflasi yang diredam, Komite akan bersabar ketika menentukan penyesuaian di masa mendatang pada kisaran target untuk suku bunga Federal Fund yang mungkin sesuai untuk mendukung hasil ini,” Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (30/1).

Pernyataan itu juga menyeret dolar AS turun 0,5% di sekitar bel penutupan pasar valuta asing. Dolar AS yang menurun juga membuat minyak berjangka yang berdenominasi dolar AS lebih murah. (RA)