Pengisian bahan bakar gas untuk transportasi.

Pengisian BBG untuk transportasi.

BEKASI – PT PGN (Persero) Tbk terus melengkapi infrastruktur distribusi yang dimilikinya. Sukses membangun jaringan pipa gas terbesar di Indonesia dan mengoperasikan mobil pengisian ulang bahan bakar gas, pada Selasa, 24 Desember 2013, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) pertama miliknya di Kota Bekasi, Jawa Barat.  

SPBG pertama PGN yang terletak di kawasan Pondok Ungu, Bekasi ini, diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, didampingi Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso. Hadir pula Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo, Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Edi Hermantoro, dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

“Peresmian SPBG ini merupakan bentuk nyata komitmen PGN, untuk memperluas pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan di dalam negeri. Sehingga dapat mendukung program pemerintah dalam menggalakkan konversi dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) di sektor transportasi,” ujar Hendi dalam peresmian itu.

Tentunya, kata Hendi, PGN tidak bisa jalan sendiri dalam menyiapkan seluruh infrastruktur perluasan penyaluran gas di dalam negeri. Menurutnya, dibutuhkan dukungan pemerintah dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang ada, untuk mendorong masyarakat melakukan menggunakan BBG, yang lebih ekonomis, aman, dan ramah lingkungan.

Sebelumnya, lanjut Hendi, PGN telah menjadi inisiator, dengan membangun Mobile Refueling Unit (MRU) atau mobil pengisian ulang BBG, yang berada di Monas, Jakarta. MRU difungsikan untuk pengisian bahan bakar kendaraan seperti bajaj, bus TransJakarta, serta kendaraan lain pengguna BBG. PGN juga telah membangun lebih dari 6.000 kilometer infrastruktur pipa gas di seluruh Indonesia, dan memiliki lebih dari 91.000 pelanggan.

SPBG yang dibangun di Pondok Ungu, jelas Hendi, dilengkapi dua dispenser yang masing-masing memiliki kapasitas penyaluran 1.000 meter kubik gas per hari. Satu dispenser melayani kendaraan besar seperti bus,  dan satu dispenser lagi melayani kendaraan kecil seperti taksi, angkot (angkutan kota) dan kendaraan pribadi.

Setiap dispenser, terangnya lagi, memiliki dua nozzle untuk pengisian ke kendaraan. Fasilitas SPBG ini akan digunakan untuk sejumlah kendaraan umum di wilayah Bekasi, seperti taksi, angkot dan bus Trans Jakarta, juga melayani kendaraan pribadi.

Menuju Kemandirian Energi

Menurut Hendi, sebagai kawasan peyangga, pembangunan SPBG di wilayah Bekasi penting, sebagai upaya pengembangan infrastruktur PGN guna mendukung Jakarta menjadi kota gas.

“Kami yakin program konversi energi BBM ke gas ini bisa berjalan maksimal. Melalui sinergi dengan lembaga pemerintah dan swasta ini, kami berharap pemanfaatan gas bumi akan mampu menciptakan efisiensi dan memperkuat perekonomian nasional, sehingga pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dan ketahanan energi,” jelas Hendi.

Pembangunan SPBG di wilayah Bekasi ini, tambahnya, juga merespon tingginya lalu lintas kendaraan yang hilir mudik ke Jakarta setiap harinya, yang mencapai 60% dari total populasi warga Bekasi. Penggunaan gas pada kendaraan di wilayah Bekasi diperkirakan akan terus tumbuh. Sehingga tidak ada alasan untuk menunda penggunaan BBG terutama di sektor transportasi massal.

Hendi mengaku yakin, penggunaan gas pada sektor transportasi di wilayah Bekasi, akan memberikan banyak keuntungan bagi pengguna kendaraan bermotor. Selain menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan efisien, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang disubsidi pemerintah.

Ia menerangkan, setiap tahun kebutuhan BBM dan subsidi BBM di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) terus melonjak. Tahun ini kuota  BBM subsidi di APBN sebesar 48 juta kiloliter dengan besaran subsidi BBM Rp 199,9 triliun. Akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar, Kementerian Keuangan memprediksi subsidi akan membengkak menjadi Rp 250 triliun.

“Penggunaan BBG akan lebih ekonomis dan memangkas beban subsidi, karena harga BBG jauh lebih murah ketimbang BBM. Yaitu sekitar Rp 3.100 per liter, dibandingkan BBM subsidi yaitu Rp 6.500 per liter untuk premium, dan Rp 5.500 per liter untuk solar,” pungkasnya.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)