JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) terus meningkatkan pengawasan terhadap operasional PT Pertamina (Persero) dan semua anak usaha yang menjadi operator blok migas.

Shinta Damayanti, Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas, mengatakan pemerintah tidak punya pilihan selain “memelototi” program yang disusun Pertamina serta pelaksanaannya, lantaran Pertamina saat ini memegang peran besar terhadap produksi migas dengan kontribusi produksi sebesar 60% dari total produksi migas nasional.

“Pertamina secara keseluruhan kan pegang 60% migas Indonesia. Kamu urus Pertamina saja satu, kami jamin 60%.  Tapi ya gitu, kami ngejar-ngejar Pertamina. Pak kepala (Dwi Soetjipto) manggil Pak Budiman dan Bu Nicke terus tiap pekan,” kata Shinta disela Indonesia oil-gas outlook webinar series drilling and exploration, Rabu (17/2).

Shinta mengungkapkan pengawasan ekstra langsung diterapkan terhadap kegiatan hulu migas Pertamina tahun ini. Sejak Januari,  SKK Migas terus berkoordinasi dengan manajemen Pertamina holding maupun subholding dan anak usahanya yang mengelola blok migas.

“WP&B 2021 saja, dari Januari kami kejar, sudah ngapain saja dan bagaimana. Long Term Plan (LTP)-nya bagaimana, undevelopment discovery sekian sumur, potensi sekian, kalian ngapain,” ungkap Shinta.

SKK Migas bahkan tidak segan-segan melakukan evaluasi dan bisa merekomendasikan berbagai tindakan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Jika dilihat tidak ada kegiatan berarti dalam LTP maka berbagai konsekuensi harus diterima Pertamina, termasuk jika diminta untuk mengembalikan blok migasnya ke negara.

“Kalau mereka enggak mau ngapa-ngapain, kami lapor ke menteri saja. Pak itu enggak mau ngapa-ngapain. Bisa di cut out, KKP dan pinalti. Itu yang bisa dilakukan,” ungkap Shinta.

Bisnis hulu Pertamina saat ini sedang dalam masa yang tidak baik-baik saja. Tugas besar menanti manajemen untuk  bisa mengelola Blok Rokan setelah alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia pada Agustus 2021.

Berdasarkan  data unaudited realisasi produksi migas Pertamina tahun lalu sebesar 863 ribu setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) atau 3% dibawah target yang ditetapkan sebesar 894 ribu boepd dan dibawah realisasi 2019 sebesar 901 ribu boepd. Begitu juga dengan lifting migas realisasi dalam data unaudited hanya mencapai 704 ribu boepd sedikit jauh dibawah target RKAP yakni 730 ribu boepd serta realisasi 2019 sebesar 734 boepd. Sementara untuk tambahan cadangan P1 sebesar 213 juta barel setara minyak (barrel oil equivalent/BOE) atau 48%.(RI)