JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong agar planned shutdown di Lapangan Banyu Urip dilakukan dengan efektif dan waktu singkat. Hal itu penting lantaran produksi dari lapangan yang dikelola Exxon Mobil Cepu Limited (ECML) adalah kontributor produksi minyak terbesar di Indonesia.

Susana Kurniasih, Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengungkapkan dorongan agar ada percepatan durasi planned shutdown tersebut adalah bagian dari strategi SKK Migas sehingga target produksi migas nasional bisa dicapai.

“Per 12 Agustus produksi Banyu Urip sudah mencapai 228 ribu barel minyak per hari (bph). Kami sedang mengupayakan kemampuan lifting agar dapat mengakomodir kenaikan produksi tersebut. Kami bersama ExxonMobil juga mengusahakan agar planned shutdown yang dilakukan pada September ini dapat dilakukan secara optimasi, sekitar sembilan hari,” kata Susana, Senin (21/9).

Dia menuturkan ada lima strategi lainnya untuk mengoptimalkan produksi dan lifting migas. Susana mengatakan bahwa enam strategi tersebut merupakan hasil pemikiran serta diskusi antara SKK Migas – Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). “Berdasarkan evaluasi kinerja hulu migas selama masa pandemi Covid-19, kami telah merumuskan beberapa strategi yang visible untuk dilakukan di sisa 4 bulan ke depan,” kata Susana.

Strategi kedua ialah melakukan akselerasi sebelas sumur pengeboran di Wilayah Kerja Rokan pada Kuartal IV 2020. SKK Migas saat ini mengusahakan agar Head of Agreement antara Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan SKK Migas dapat segera diselesaikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pengeboran tersebut.

Strategi yang ketiga adalah optimasi pelaksanaan rencana kerja KKKS Pertamina EP. “Ini merupakan hal yang harus bisa direalisasi karena kontribusinya sangat berarti pada capaian target. Kami berharap agar Pertamina EP dapat merealisasi semua program yang direncanakan di sisa tahun 2020”, ujar Susana.

Untuk srategi keempat, SKK Migas dan beberapa KKKS juga menyiapkan langkah-langkah agar dapat mengeksekusi komitmen program kerja, antara lain bersama KKKS PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu untuk melakukan 13 sumur yang belum dibor, KKKS Odira Karang Agung untuk melakukan 3 work over, dan KKKS Camar Resource Canada untuk melakukan reaktifasi platform.

Strategi kelima adalah melakukan optimasi penyerapan offtaker gas. Menurut Susana sejak Juli 2020 serapan gas mulai meningkat akibat menggeliatnya kembali perekonomian. “Momentum ini akan jajaki agar para buyer dapat menyerap gas sesuai dengan kontrak yang ada”, ungkap dia.

SKK Migas juga akan segera melakukan uji coba skema No Cure No Pay terkait untuk mendapatkan tambahan produksi jangka pendek. “FGD (Focus Group Discussion) antara SKK Migas, KKKS, dan penyedia jasa teknologi telah dilaksanakan pada 26 Agustus 2020.

“Para kontraktor yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan program kerja dapat segera bekerja sama dengan para technology providers,” kata Susana.

Dalam perhitungan SKK Migas, apabila semua skenario tersebut berjalan maka akan menambah lifting minyak secara rata-rata tahunan sebesar 3.900 bph dan gas sebesar 70 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Sehingga target lifting minyak sebesar 705 ribu bph dan 5.556 mmscfd bisa terpenuhi.(RI)