JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan kemampuan produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu masih bisa ditingkatkan lebih tinggi dari diperkirakan sebelumnya. Setelah berhasil meningkatkan produksi menjadi 220 ribu barel per hari (bph) pada awal 2020, kini produksi dari lapangan tersebut dicoba dinaikkan menjadi 235 ribu bph.

Susana Kurniasih, Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan seluruh persyaratan sudah mampu dipenuhi ExxonMobil Cepu Limited sebagai operator Lapangan Banyu Urip, sehingga seharusnya peningkatan produksi seharusnya bisa segera terealisasi.

“Kami sedang berkoordinasi dengan ExxonMobil Cepu agar peningkatan produksi sebesar 235 ribu bph dapat direalisasikan. Semoga usaha ini dapat dilakukan segera, mengingat semua izin yang dibutuhkan untuk melakukan peningkatan produksi sudah diperoleh,” kata Susana di Jakarta, Kamis (16/7).

Menurut Susana, izin peningkatan produksi yang dimaksud adalah izin Amdal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta persetujuan layak operasi (PLO) instalasi ExxonMobil Cepu untuk mendukung peningkatan produksi yang dikeluarkan Ditjen Migas Kementerian ESDM.

Pencapaian target produksi migas 2020 menjadi tantangan tersendiri, terutama dengan adanya pandemi Covid-19 serta kondisi low oil price. Banyak program yang sebelumnya sudah direncanakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), akhirnya harus disesuaikan karena pemberlakuan protokol Covid yang membatasi pergerakan barang dan manusia. Hasilnya beberapa program seperti pengeboran, workover, well service serta proyek yang terhambat, termasuk kegiatan operasional yang perlu penyesuaian dengan protokol yang diberlakukan pada masa pandemi Covid-19.

“Di tengah tantangan yang dihadapi saat ini, ExxonMobil Cepu merupakan salah satu KKKS yang pencapaian produksinya hingga semester I 2020 memenuhi dan bahkan melebihi target APBN 2020 yang telah ditetapkan dengan menjaga level produksi optimal di 220 ribu bph. Namun demikian kami berusaha untuk memaksimalkan produksi dari wilayah kerja tersebut,” ungkap Susana.

Potensi optimasi produksi di ExxonMobil Cepu, telah divalidasi dari kegiatan high rate test yang dilakukan pada 2019. Berdasarkan test tersebut fasilitas mampu berproduksi secara aman di level 235 ribu bph. Optimasi produksi di atas 220 ribu bph belum dapat dilaksanakan pada 2019 karena Analisis Dampak dan Lingkungan (AMDAL) yang ada pada saat itu hanya membolehkan produksi maksimal sebesar 220 ribu bph.

Menurut Susana, pada 2020 revisi AMDAL telah diberikan KLHK serta PLO juga telah disetujui oleh Ditjen Migas untuk berproduksi di atas 220 ribu bph hingga 235 ribu bph. Mengacu pada hal-hal tersebut, secara legalitas peningkatan produksi di atas 220 ribu bph dapat dilakukan sesegera mungkin.

“Optimasi produksi tersebut tentunya tetap memperhatikan aspek-aspek terkait seperti aspek subsurface yang akan tetap memastikan good reservoir management dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris terjaga. Serta aspek terkait keamanan, kehandalan operasi produksi dan dampak lingkungan yang timbul tidak melebihi ketentuan yang diizinkan,” kata Susana.(RI)