JAKARTA – Peralihan kepemilikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) Indonesia Laut Dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) harus bisa diselesaikan pada tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) meminta PT Chevron Pacific Indonesia untuk bisa segera merampungkan niatan yang ingin melepas PI

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan proyek IDD berbeda dengan Masela yang memiliki kemiripan dalam hal kontraktor yang sama-sama mau melepas PI. Namun yang membedakan, baik Shell yang mau melepas PI maupun Inpex Masela Ltd, sang operator proyek Abadi Masela sama-sama berkomitmen bahwa proses pelepasan PI tidak akan menganggu kelanjutan proyek.

Sementara untuk IDD, pemerintah tidak mendapatkan kepastian tersebut dari sang operator, Chevron. Untuk itu mau tidak mau Chevron harus bisa menyelesaikan persoalan pengalihan PI pada tahun ini, agar gas bisa segera diproduksikan dari IDD.

“Sebenanya proses timeline-nya yang ada di real tergantung deal. Saya yakin IDD tahun ini. kalau enggak, enggak jalan-jalan ini. Kalau yang Abadi Masela apapun rencana Shell itu jalan terus. karena komitmen Inpex dan dukungan Shell jelas. Kalau IDD nggak jalan, kalau nggak diambil alih,” ungkap Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakata, Jumat (7/8).

Proyek IDD tahap II akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak Blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada 2027 dan 2028.

SKK Migas berencana memberikan sekaligus perpanjangan kontrak proyek IDD kepada operator baru nantinya. Saat ini di Chevron proyek tersebut juga masih dalam tahap proses revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD).

“Meskipun nanti minta persetujuan ke pemerintah (terkait perpanjangan kontrak). Tetapi pemerintah akan mendukung perpanjangan, kalau kontraktor serius akan laksanakan proyeknya,” kata Dwi.

Di proyek IDD, Chevron merupakan operator dan menguasai PI sebesar 63%. Perusahaan asal Amerika Serikat yang juga sudah siap hengkang dari Blok Rokan itu menggarap proyek migas laut dalam bersama mitra perusahaan lainnya seperti ENI, Tip Top, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan para mitra Muara Bakau.(RI)