Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG).

JAKARTA – Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mendesak pemerintah agar kembali menggulirkan kebijakan konversi dari bahan bakar minyak (BBM) ke gas pada sektor transportasi, setelah gagal dilaksanakan pada April 2012 silam. Organisasi ini pun siap mendorong anggotanya untuk mendukung pemerintah dalam bentuk investasi.

Desakan ini diungkapkan Ketua Hiswana Migas, Eri Purnomohadi pada Senin, 14 Januari 2013 di Jakarta, menyusul rencana pemerintah untuk menekan penggunaan BBM di dalam negeri, guna mengurangi impor minyak Indonesia yang terus membengkak dan sangat membebani anggaran negara.

Eri mengaku, para pengusaha yang tergabung dalam Hiswana Migas siap sepenuhnya mendukung pemerintah, jika kebijakan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) pada sektor transportasi itu digulirkan kembali.

Dukungan yang akan diberikan oleh para anggota Hiswana Migas, diantaranya dalam bentuk investasi guna menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Pasalnya jumlah SPBG yang ada saat ini masih sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan di sektor transportasi.

“Pada beberapa SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang sudah ada nanti kita pasang dispenser untuk gas, jadi kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas dapat lebih mudah mendapatkannya,” jelas Eri seputar kesiapan dukungan anggota Hiswana Migas.

Eri menambahkan, para anggota Hiswana Migas juga siap berperan dalam penambahan SPBG, dikala infrastruktur dasar SPBG telah siap. Selain itu, konverter kit juga harus tersedia dengan cukup, sehingga realisasi program konversi BBM ke BBG berjalan dengan lancar.

Lebih lanjut Eri menjelaskan, dispenser gas yang berada di SPBU sistemnya bisa SPBG mobile dan stasioner, selama infrastrukturnya memadai. Hingga kini Hismawa Migas masih mengkaji jumlah investasi tersebut, terkait kondisi yang akan dihadapi di lapangan.

“Hal yang terpenting ialah, pemerintah segera menyiapkan infrastruktur dasarnya. Tahun lalu konversi BBM ke BBG gagal akibat infrastruktur dan marginnya itu belum ada,” tandasnya.

(FWP / duniaenergi@yahoo.co.id)