JAKARTA – Komisi VII DPR mendorong PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN melakukan inovasi bisnis pada kegiatan penyaluran gas. Hal itu untuk memperkuat peran PGN sebagai subholding gas nasional di bawah PT Pertamina (Persero) sebagai induk holding.

Ridwan Hisjam, Anggota Komisi VII DPR mengatakan sebagai subholding gas PGN harus membuat terobosan untuk membuka peluang bisnis baru. Salah satu yang bisa dilakukan PGN adalah dengan mengolah gas bumi menjadi bahan baku LPG (Liquified Petroleum Gas). Ini sangat sesuai dengan bisnis gas yang selama ini digeluti  PGN.

Menurut Ridwan, jika PGN mampu menggarap gagasan tersebut maka bisa juga memberikan dampak positif bagi negara yang masih membutuhkan adanya LPG, tapi masih disubsidi.

“PGN harus melakukan terobosan di bidang gas, tidak lagi tradisonal melakukan kegiatan selama ini. Kami menaikan volume LPG 3 kg menjadi 7,5 juta m3 dari sebelumnya 7 juta m3. Kalau tidak salah kenaikan subsidinya Rp2 triliun, jadi total Rp5 triliun,” kata Ridwan, disela Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan PGN, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7).

Menurut Ridwan, PGN juga bisa memperluas jangkauan bisnis penyaluran gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dengan iso tank atau truk pembawa gas. Salah satu penyerap utama tentu saja adalah pembangkit listrik.

Ramson Siagian, Wakil Ketua Komisi VII DPR,  mengatakan dalam meningkatkan pemanfaatan gas, PGN bisa bekerja sama dengan PLN untuk membangun pembangkit tenaga gas skala kecil.

“PGN bisa bekerja sama dengan PLN membangun pembangkit small scale, gasnya disuplai dari PGN,” kata Ramson.

Suko Hartono Direktur Utama PGN,  menyatakan PGN telah memiliki rencana pengembangan bisnis ke industri petrokimia dengan melakukan hilirisasi gas dari methanol menjadi Dimethil Ether (DME), produk hilirisasi gas ini bisa menjadi bahan baku pengganti LPG yang sebagian besar masih impor. PGN pun telah melakukan studi untuk merealisasikan rencana tersebut diperkirakan pada 2022 atau 2023 telah rampung.

Selain itu ada inovasi dalam memperluas penyaluran gas ke konsumen rumah tangga di wilayah yang belum ada jaringan pipa gas, dengan menggunakan LNG yang dibawah oleh ISO tank, proyek ini akan dikerjasamakan dengan badan usaha swasta atau pengembang perumahan.

“Kami melakukan terobosan untuk rumah tangga menengah ke atas. Kami akan pasang ISO tank LNG, CNG, masuk ke perumahan pasang pipa-pipa. Kami akan kerja sama dengan badan usaha lain atau pengembang perumahan.  Jargas ini murah, tapi infrastrukturnya mahal,” ungkap Suko.

Dia menilai strategi ini bisa dilakukan atau sangat mungkin berjalan karena nantinya PGN juga sekaligus bisa mengembangkan bisnis baru pengadaan internet dan TV cable melalui pemanfaatan jaringan gas bumi untuk memasang kabel fiber optik.

Melalui anak perusahaan perusahaan PGASCom pemasangan jaringan pipa PGN juga menggunakan fiber optik untuk kontrol laju arus serta volume gas dan itu juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan internet serta tv cable.

“Konsepnya pasang LNG storage depan perumahan. Kami pasang infrasturkur pipa sekalian monitoring fiber optik. Kami bisa. melakukan tambahan menjual produk internet data dan televisi nanti muncul produk gasnet, jualan gas bonus internet dan TV,” ungkap Suko.

Menurut Suko, untuk mewujudkan inovasi tersebut diharapkan PGN bisa memperoleh kepastian pasokan gas baik dari sumur gas atau LNG. Jika sudah ada kepastian penyerap gas akan membuat bisnis gas bergairah karena sudah ada kepastian pembeli gas.

“Jaminan suplai dari sumur gas yang ada dan LNG, dari hulu ada kepastian setelah melakukan eksplorasi ada pembelinya subholding gas PGN itu konsepnya. Tapi ini perlu dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya,” kata Suko.(RI)