JAKARTA – Kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco, perusahaan migas asal Arab Saudi dalam pengembangan Kilang Cilacap bakal segera terwujud. Hal itu seiring persetujuan Aramco terhadap skema kerja sama baru yang diajukan Pertamina.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan pihak Aramco sudah setuju untuk bekerja sama tanpa harus menggunakan skema spin off atau tidak lagi ikut menyertakan fasilitas eksisting Pertamina di Kilang Cilacap. “Aramco tidak menggunakan skema spin off. Jadi kami gunakan skema Balikpapan, ada kilang eksisting, ada fasilitas baru,” kata Nicke di Jakarta, belum lama ini.

Valuasi yang selama ini dilakukan terkait kilang eksisting di Cilacap yang tadinya akan di spin off dari Pertamina ke joint venture (JV) baru dengan mitra usaha dalam hal ini Saudi Aramco. Namun yang sekarang digunakan adalah tanpa spin off. Jadi yang akan dikerjasamakan hanya kilang baru saja. Dalam skema baru yang disepakati kilang eksisting akan tetap menjadi aset langsung Pertamina. Kemudian aliran crude and product tetap melalui Pertamina. Nantinya skema memakai tolling fee ke JV.

“Kalau dulu ada nilai valuasi, sekarang itu kilang baru. Nanti dibangun dengan Aramco. Dengan pola ini kami tidak perlu lagi untuk harga evaluasi,” ujar Nicke.

Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina saat dikonfirmasi, mengatakansaat ini sedang dibahas oleh kedua pihak antara Pertamina dan Aramco beberapa detail akhir kerja sama. Sayang ia tidak membeberkan apa saja detail akhir kerja sama yang tengah dibahas. “Masih ada beberapa point yang masih jadi bahasan,” kata Tajudin kepada Dunia Energi, Rabu (25/12).

Pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagiam dari rencana jangka panjang Pertamina dalam pengelolaan bisnis midstream dan downstream perusahaan. Setelah ditingkatkan nanti kemampuan Kilang Cilacap akan lebih baik mengolah minyak mentah.

Kilang Cilacap berlokasi di Jawa Tengah dengan target penyelesaian pada tahun 2023. Pengembangan ini akan menambah kapasitas produksi Kilang Cilacap menjadi 400 ribu barel per hari (bph) sementara kapasitas sebelumnya 348 ribu bph. Selain itu juga meningkatkan kualitas produk dari Euro II menjadi Euro V. Meskipun dari sisi volume tidak terlalu besar peningkatannya, tapi kompleksitas produksi kilang akan semakin meningkat tajam dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya 4.

Pada proyek Kilang Cilacap Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.(RI)