JAKARTA – Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur milik PT Pertamina (Persero) sudah tidak lagi mengolah dan memproduksi BBM sejak 20 April hinggai 31 Mei 2020. Ini menyusul anjloknya permintaan atau konsumsi BBM, sehingga tangki-tangki penyimpanan BBM juga sudah dalam kondisi penuh. Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina, mengatakan sebagai gantinya manajemen melakukan major turn around atau perbaikan kilang berskala besar di Kilang Balikpapan.

Plant shut down dalam rangka major turn around, periode mulai 20 April hingga 31 Mei 2020. Memanfaatkan moment penurunan ini untuk memperbaiki kilang yang sudah masuk waktu perawatan,” kata Tajudin kepada Dunia Energi, Jumat (15/5).

Pertamina kata dia berharap secara berangsur-angsur konsumsi atau permintaan BBM masyarakat kembali normal bertepatan dengan selesainya perawatan kilang. Apalagi pemerintah juga mewacanakan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu jika itu benar terjadi maka harus disiapkan pasokan energi untuk masyarakat.

“Diharapkan akhir Mei selesai, sejalan dengan rencana kelonggaran PSBB di Indonesia jadi bisa maksimal memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.

Menurut Tajudin, dengan pemeliharaan kilang, Pertamina juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Balikpapan dan sekitar lokasi. Ada peningkatan kebutuhan tenaga kerja guna peliharaan kilang. Total 700 tenaga kerja tambahan sudah direkrut Pertamina. “Sekalian menyerap angkatan kerja di masa pendemi yang banyak perusahaan melakukan PHK,” ujar Tajudin.

Pertamina memastikan pasokan BBM di wilayah Kalimantan dan sekitarnya tetap aman meskipun kilang tidak memproduksi BBM sementara. Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan seluruh kebutuhan BBM di wilayah Kalimantan dan sekitarnya masih dapat dipenuhi dari stok yang ada di Kilang Balikpapan yang  dalam kondisi tinggi. Kilang Balikpapan memasok BBM untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

“Untuk kebutuhan BBM di Kalimantan, saat ini dalam kondisi aman. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi BBM di masyarakat yang masih di bawah rerata normal, baik untuk jenis gasoline (bensin) maupun gasoil (solar),” ungkap Fajriyah.

Selain itu, Pertamina merencanakan penghentian operasi Kilang Balikpapan dengan baik. Ketersedian stok BBM di kilang telah diperhitungkan akan cukup untuk menutup kebutuhan BBM di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara hingga Kilang Balikpapan kembali beroperasi.

Penghentian operasi Kilang Balikpapan menyusul turunnya konsumsi BBM yang terjadi hampir di seluruh Indonesia. Sejak 1 Maret lalu, penjualan rata-rata harian BBM turun signifikan, yakni 18,07% untuk bensin dan 9,11% untuk solar dibandingkan rata-rata harian di Januari dan Februari lalu. Rincinya, penjualan rata-rata harian bensin pada Maret-April ini tercatat hanya 76,65 ribu kiloliter (KL) dari normalnya 93,56 ribu KL, sementara penjualan bensin hanya 37,55 ribu KL dari normalnya 41,31 ribu KL.

Penurunan penjualan juga terjadi untuk pelanggan korporat. Penjualan rata-rata harian BBM industri tercatat turun 2% menjadi 32,81 ribu KL dibandingkan ratar-rata harian Januari dan Februari sebesar 33,48 ribu KL. Penjualan avtur ke industri penerbangan bahkan anjlok cukup besar, yakni mencapai 48% menjadi 8,14 ribu KL dari rata-rata harian Januari dan Februari 15,7 ribu KL.

Fajriyah menambahkan, Kilang Balikpapan bukan satu-satunya kilang yang dijadwalkan dilakukan penghentian operasi. Sejauh ini terdapat tiga kilang, termasuk Kilang Balikpapan, yang akan direncanakan untuk penghentian operasi atau penurunan kapasitas produksi. Sama seperti Kilang Balikpapan, Kilang Sungai Pakning akan dilakukan penghentian unit pengolahan minyak mentahnya (crude distillation unit/CDU). Kilang Plaju juga akan mulai mengurangi produksi secara bertahap (slow down). “Adapun kilang lainnya yaitu Kilang Balongan, Kilang Cilacap, dan Kilang Kasim, tetap beroperasi normal,” kata Fajriyah.(RI)