JAKARTA – ConocoPhillips, operator Blok Corridor di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan serius melanjutkan kontrak pasca 2023 mendatang. Keseriusan tersebut ditunjukkan dengan kedatangan top management perusahaan asal Amerika Serikat itu untuk bertemu dengan pemerintah dalam waktu dekat.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan petinggi ConocoPhillips akan bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.

“Kalau Corridor nanti CEO ConocoPhillips akan datang ke Indonesia, dalam rangka pertama barangkali karena ada pertemuan dengan Pak Menteri (ESDM),” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (24/1).

Pemerintah, kata Dwi sampai saat ini masih belum akan memutuskan operator Blok Corridor pasca berakhirnya kontrak pada 2023. Pasalnya, tiga kontraktor yang saat ini memiliki hak partisipasi di Corridor serius untuk menjadi pengelola salah satu kontributor gas terbesar di tanah air itu. Ketiga kontraktor tersebut adalah ConocoPhillips, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi, dan Repsol.

ConocoPhillips tercatat menguasai 54% hak partisipasi sekaligus operator Blok Corridor. Sisanya, 36% dikuasai Repsol dan 10% dikuasai PHE.

Pada 2018 Blok Corridor menjadi kontributor gas nomor dua terbesar nasional dengan rata-rata lifting sebesar 840 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau 104% dari target di APBN sebesar 810 mmscfd. Serta jauh diatas realisasi 2017 sebesar 796 mmscfd.

Dua opsi yang sekarang masih dievaluasi pemerintah terhadap nasib Blok Corridor. Pertama, memberikan kembali kesempatan kepada ketiga kontraktor untuk kembali bekerja sama. Opsi lainnya adalah memilih salah satu kontraktor untuk menjadi operator. Peran ConocoPhillips akan menentukan dalam evaluasi tersebut.

“Tiga perusahaan yang ada di Corridor saat ini. Jadi untuk mereka supaya menyatukan visi. Saya kira perlu kepemimpinan ConocoPhillips nanti, memang belum tentu bergabung. Nanti kita lihat penawaran yang terbaik,” kata Dwi.

Menurut Dwi, yang juga mantan Direktur Utama Pertamina, apabila akan diputuskan dikelola oleh salah satu kontraktor, maka kontraktor tersebut harus memenuhi syarat utama yang diamanatkan Menteri ESDM, yakni harus dikelola dengan baik serta memberikan keuntungan paling besar bagi negara.

“Nanti penawaran mereka akan kami lihat. Pemerintah akan memutuskan apakah sendiri-sendiri atau mereka bergabung,” katanya.

Saat ini, lanjut Dwi, SKK Migas sedang merampungkan evaluasi terhadap proposal yang sudah disodorkan ketiga kontraktor. Evaluasi ditargetkan rampung pada bulan ini. Salah satu poin utama evaluasi adalah terkait biaya pengembangan Blok Corridor.

“Sekarang pemerintah sedang menunggu rekomendasi SKK Migas. Dari SKK Migas terus berusaha menekan cost, nanti terakhir akan kami sampaikan siapa yang jadi operator. Nanti Corridor akhir bulan ini selesai rekomendasinya,” kata Dwi.(RI)