JAKARTA – PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) bagian dari Subholding Integrated Marine Logistics membidik peluang bisnis perkapalan di luar wilayah Indonesia. Manajemen mematok target bisa berkiprah di tiga negara di kawasan Asia dalam waktu dekat.

Nepos MT Pakpahan, Direktur Utama PTK, menyatakan PTK di bawah naungan subholding integrated marine logistic diharapkan dapat menjadi entitas bisnis yang sangat kuat dan merupakan total solution dalam pelayanan.

Sehingga menurut Nepos, PTK harus bisa market leader di Indonesia dan dalam waktu sebelum 2026 kami sudah harus masuk ke global range, artinya tidak hanya di Indonesia.

“Apakah itu kami bisa masuk di Singapura, Malaysia atau India. Ini sangat mungkin karena kami sudah merintis ship candler maupun agency,” kata Nepos dalam keterangannya, Senin (18/10).

Dia menuturkan ekspansi bisnis di tiga negara tersebut sangat memungkinkan karena PTK yakin bisa lebih kompetitif dibandingkan perusahaan sejenis.

“Ini sangat memungkinkan, karena kami sangat kompetitif dibanding kompetitor. Kemudian kami bisa memberikan kontribusi kepada induk perusahaan, yaitu Pertamina dengan memberikan dividen terbaik, dengan cara memberikan cost saving terhadap Subholding yang menggunakan jasa kami di internal Pertamina,” jelas Nepos.

Ekspansi bisnis tentu harus dilakukan demi mengejar target dari sisi keuangan yang dipatok manajemen. Untuk tahun ini PTK ditargetkan untuk mencapai revenue sebesar Rp4,49 triliun, dengan target net profit Rp515 miliar. Target ini tentu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu Rp2,95 triliun dengan net profit Rp377 miliar.

Untuk mencapai tersebut ada beberapa strategi yang diusung manajemen. Pertama adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya pekerja PTK harus mengerti prinsip bisnis.

Prinsip bisnis yang pertama itu adalah mengerti bagaimana mencapai revenue serta mengerti bagaimana mengelola cost. “Karena parameter bisnis itu adalah
menghasilkan uang. Ada istilah cash is a king atau money is a king. Perusahaan harus mendapatkan uang, tentu kita harus bisa mengelola revenue dan cost. Inilah yang harus dipahami oleh perwira PTK,”ungkap Nepos.

PTK juga harus memberikan service excellence. PTK kata Nepos harus responsif, jika ada customer yang membutuhkan layanan atau membutuhkan perbaikan, harus cepat dieksekusi. Kemudian, masalah biaya, manajemen harus kompetitif terhadap yang kami tawarkan kepada klien dibandingkan kompetitor yang ada. Dari sisi operasi, PTK harus bisa menunjukkan operational excellence, andal dan aman. “Ini salah satu strategi besar yang kami jalankan,” ujarnya.

Tentu juga strategi tersebut harus ditopang dengan melakukan digitalisasi proses bisnis. Hal ini diperlukan karena memang saat ini kompetitor sudah
melakukan, sehingga tuntutannya sudah demikian, dan ini sudah menjadi keharusan. Sehingga di dalam melayani maupun membuat keputusan bisa lebih cepat.

Kontrol maupun tracing lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan yang masih bercampur dengan manual. Kemudian inovasi teknologi, untuk kapal-kapal kita sudah mulai melakukan konversi dari bahan bakar fosil yaitu BBM, sekarang sudah kami jalankan kapal dengan menggunakan LNG. Hal ini memiliki dua sasaran, cost saving dan green energy.

“Ini juga inovasi yang harus dilakukan sehingga ujung-ujungnya dari segi komersialnya bisa kompetitif dan bisa memberikan nilai tambah kepada customer kami,” ungkap Nepos.(RI)